JAKARTA - Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mengatakan, bahwa saat ini daftar perusahaan besar dunia telah meningkat. Saat ini dari 500 daftar perusahaan besar dunia versi majalah Fortune, ternyata didominasi oleh badan usaha milik negara (BUMN) China.
Toto menilai, pemerintah Indonesia dapat meniru upaya yang dilakukan China dalam membesarkan perusahaan negaranya. Salah satunya dengan cara melakukan efisiensi di tubuh BUMN.
Lebih lanjut, Toto menjelaskan, pemerintah China melakukan efesiensi melalui lembaga pengelola BUMN di China yaitu State Asset Supervision and Administration Commission (SASAC).
"Jadi saya kira sejak mereka melakukan fase kelima perubahan-perubahan BUMN di era tahun 2012 sampai dengan saat ini, mereka telah banyak melakukan upaya-upaya efisiensi misalnya SASAC melakukan penggabungan lebih dari sekitar 20 perusahaan BUMN sehingga BUMN yang ada jumlahnya semakin lebih sedikit," katanya, dalam diskusi virtual, Jumat, 25 September.
Menurut Toto, perusahaan pelat merah di China juga benar-benar fokus menjalankan fungsinya. Bagi BUMN yang berorientasi pada profit fokus untuk mengejar keuntungan, sementara BUMN yang ditugaskan untuk pelayanan publik terus berupaya memberi pelayanan yang baik buat masyarakat.
BACA JUGA:
Namun, kata Toto, untuk membuat BUMN fokus pada fungsinya, diperlukan peran dari pemerintah sebagai pemilik modal. Kontribusi pemerintah dalam hal ini pun menjadi penting.
Selain itu, kata Toto, BUMN di China juga mengurangi dukungan terhadap BUMN yang berorientasi pada profit dan mengalihkannya pada BUMN yang berorientasi pada pelayanan publik.
"Dalam konteks ini kemudian banyak sekali upaya yang telah dilakukan supaya dukungan-dukungan pemerintah kepada yang komersial profit oriented itu lebih dikurangi. Kemudian pemerintah lebih banyak memberikan fokus perhatian kepada BUMN yang memberikan pelayanan publik," katanya.
Toto menilai, atas upaya efesiensi dan fokus pada fungsi masing-masing perusahaan, BUMN China berhasil menjadi pemain global. Bahkan sudah banyak yang melantai di bursa saham luar negeri.
"Mereka berkembang menjadi para global players. Sebagian juga sudah listed banyak di bursa dunia, di New York dan di tempat-tempat lain. Sehingga akhirnya mereka berkembang menjadi multinational company," jelasnya.