Konvoi Kemanusiaan Terimbas Serangan Moskow di Mariupol, Presiden Zelensky: Pilot Rusia Bertanggung Jawab
Ilustrasi kondisi Kota Mariupol, Ukraina. (Wikimedia Commons/mvs.gov.ua/Ministry of Internal Affairs of Ukraine)

Bagikan:

JAKARTA - Serangan Rusia di Mariupol dituding juga berimbas pada konvoi kemanusiaan di Mariupol, selain menyebabkan korban sipil dan kerusakan infrastuktur.

Para pemimpin Ukraina menuduh Rusia menangkap 15 pekerja penyelamat dan pengemudi konvoi kemanusiaan, yang berusaha mendapatkan makanan yang sangat dibutuhkan dan pasokan lainnya ke kota pelabuhan Mariupol, yang juga diserang angkatan laut setelah berminggu-minggu serangan udara dan darat.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperkirakan 100.000 warga sipil tetap berada di Mariupol, tempat beberapa kehancuran terburuk perang, ketika Rusia melakukan serangan yang hampir sebulan lamanya dengan membombardir kota-kota besar dan kecil.

"Tidak ada yang tersisa di sana," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidato video di depan Parlemen Italia, melansir Reuters 23 Maret.

Presiden Zelensky menuduh pasukan Rusia memblokir konvoi bantuan meskipun menyetujui rute sebelumnya. Sementara, Palang Merah mengkonfirmasi konvoi bantuan kemanusiaan yang berusaha mencapai kota itu tidak dapat masuk.

volodymyr zelensky
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. (Wikimedia Commons/President Of Ukraine)

Sementara, mereka yang berhasil keluar dari Mariupol menggambarkan situasi di sana sebagai kota yang hancur.

"Mereka mengebom kami selama 20 hari terakhir. Selama lima hari terakhir, pesawat terbang di atas kami setiap lima detik dan menjatuhkan bom di mana-mana, di gedung tempat tinggal, taman kanak-kanak, sekolah seni, di mana-mana," urai Viktoria Totsen yang melarikan diri ke Polandia, melansir Associated Press.

Terpisah, Pavol, salah satu penduduk yang berhasil keluar dari Mariupol tiga pekan lalu mengatakan, serangan Rusia juga mengenai kendaraan kelompoknya yang menyediakan pasokan dan membantu evakuasi di Mariupol.

Dalam wawancara dengan Today BBC Radio 4 dia mengatakan, kelompoknya kemarin berhasil membantu evakuasi 96 orang dari Mariupol, mengutip BBC. Dikatakannya, selama operasi salah satu kendaraan mereka hancur ketika pasukan Rusia mulai penembakan, meskipun dikatakannya tidak ada penumpang di dalam mobil, sementara sang pengemudi berhasil keluar.

Upaya konvoi untuk memberikan bantuan terjadi ketika kapal angkatan laut Rusia bergabung dalam serangan udara dan darat Rusia yang telah berminggu-minggu ke Mariupol, kata para pejabat AS.

mariupol
Pemboman di Kota Mariupol. (Wikimedia Commons/mvs.gov.ua/Ministry of Internal Affairs of Ukraine)

Seorang pejabat senior pertahanan AS, yang berbicara dengan syarat anonim untuk memberikan penilaian Pentagon, mengatakan kapal-kapal Rusia di Laut Azov menambah penembakan Mariupol. Pejabat itu mengatakan ada sekitar tujuh kapal Rusia di daerah itu, termasuk kapal penyapu ranjau dan beberapa kapal pendarat.

Presiden Zelensky menegaskan, cepat atau lambat pilot Rusia akan dimintai pertanggungjawaban, terkait dengan pengeboman di atar Mariupol yang menewaskan warga sipil.

"Saya ingin mengulangi ini lagi untuk semua pilot Rusia, mereka tidak memikirkan perintah yang mereka penuhi. Karena membunuh warga sipil adalah kejahatan. Dan Anda akan bertanggung jawab untuk ini apakah hari ini atau besok, ini tidak bisa dihindari," tegasnya dalam pidato yang diunggah di halaman Facebook Pemerintah Ukraina, seperti mengutip CNN.

"Terutama kita berbicara tentang pesawat pengebom di atas Mariupol, dan itu akan terjadi pada semua orang yang membunuh warga sipil kita, di tanah damai kita," tandasnya.

Diketahui, Mariupol telah menjadi fokus perang yang meletus pada 24 Februari, ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim pasukannya melintasi perbatasan dalam apa yang disebutnya operasi militer khusus, untuk mendemiliterisasi Ukraina dan menggantikan kepemimpinannya yang pro-Barat.

Kota ini terletak di Laut Azov dan penguasaannya akan memungkinkan Rusia, untuk menghubungkan daerah-daerah di timur yang dikuasai oleh separatis pro-Rusia, dengan semenanjung Krimea yang dianeksasi oleh Moskow pada tahun 2014.