Upaya Evakuasi Warga Sipil dari Mariupol Kembali Tertunda, Pejabat Kota Sebut Tentara Rusia Kembali Tembaki Azovstal
Ilustrasi evakuasi warga sipil Ukraina yang terdampak invasi Rusia. (Wikimedia Commons/dsns.gov.ua/State Emergency Service of Ukraine)

Bagikan:

JAKARTA - Upaya untuk mengevakuasi lebih banyak warga sipil dari kota pelabuhan Mariupol yang hancur di Ukraina mengalami penundaan pada Senin, mengakibatkan ratusan orang masih terjebak di pabrik baja Azovstal, benteng terakhir perlawanan terhadap pengepungan Rusia.

Tidak jelas apa yang menyebabkan penangguhan tersebut meskipun seorang pejabat kota mengatakan sebelumnya bahwa pasukan Rusia pada hari Minggu kembali menembaki pabrik setelah konvoi bus pergi.

Nasib warga sipil yang terperangkap di Mariupol, yang mengalami pengeboman selama berminggu-minggu sebelum pasukan Rusia merebut sebagian besar darinya, telah menjadi fokus perhatian kemanusiaan karena perang telah memasuki bulan ketiga.

Ribuan orang diyakini telah tewas dan mereka yang masih terjebak di kompleks Azovstal yang terkepung, yang jaringan bunker dan terowongannya menyediakan tempat berlindung, kehabisan air, makanan dan obat-obatan.

"Situasi telah menjadi tanda bencana kemanusiaan yang nyata," kata Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk, melansir Reuters 2 Mei.

Di front lain, kota-kota di timur Ukraina berada di bawah pengeboman Rusia yang intens, kata seorang gubernur regional. Serangan roket Rusia menghantam jembatan utama di seberang muara Dniester di barat kota pelabuhan Odesa di barat daya Ukraina, kata pihak berwenang.

Sementara itu, sekelompok pengungsi pertama dari Mariupol dijadwalkan tiba di kota Zaporizhzhia yang dikuasai Ukraina, 230 km barat laut Mariupol, pada Senin.

Namun dewan kota mengatakan bus belum mencapai titik penjemputan yang disepakati, bertentangan dengan laporan sebelumnya bahwa mereka sudah pergi. Dewan mendesak para pengungsi untuk tetap di tempat.

Warga sipil yang dimaksud berasal dari kota itu sendiri, bukan dari pabrik baja Azovstal.

Rekaman dari dalam pabrik baja menunjukkan anggota resimen Azov membantu warga sipil melewati puing-puing dan naik ke bus. Tapi ratusan tetap terjebak di dalam.

Seorang pengungsi yang lebih tua ditemani oleh anak-anak kecil mengatakan para penyintas kehabisan makanan. "Anak-anak selalu ingin makan. Orang dewasa bisa menunggu," ungkapnya.

Diketahui, pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin sekarang menguasai hampir semua kota Laut Azov, menghubungkan wilayah yang dikuasai Rusia ke barat dan timur. Moskow mengatakan pekan lalu telah memutuskan untuk tidak menyerbu pabrik baja, memilih memblokadenya, tapi pemboman terus berlanjut.

"Kemarin, segera setelah bus meninggalkan Azovstal bersama para pengungsi, penembakan baru segera dimulai," Petro Andryushchenko, seorang ajudan walikota Mariupol, mengatakan kepada televisi Ukraina.

Terpisah, tentara Rusia mengatakan 126 orang telah meninggalkan Mariupol dalam konvoi yang aman selama Sabtu dan Minggu dari pabrik baja dan distrik lain untuk Donetsk yang dikuasai separatis.

Dari jumlah tersebut 57 memilih untuk tinggal di daerah itu, sementara yang lain telah memutuskan untuk pergi ke bagian yang dikuasai Ukraina, katanya.

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan, warga sipil di dalam sebuah pabrik baja besar di kota pelabuhan Mariupol yang dilanda perang telah dievakuasi.

Sekelompok awal yang terdiri dari sekitar 100 warga sipil dibawa keluar dari pabrik Azovstal yang luas dan dipindahkan ke "daerah yang dikendalikan," tulis Presiden Zelensky di Twitter, mengutip Daily Sabah.

"Besok kita akan bertemu mereka di Zaporizhzhia. Terima kasih untuk tim kita!" dia berkata. Zaporizhzhia berjarak sekitar 200 kilometer (124 mil) di barat laut Mariupol.

Untuk diketahui, militer Rusia kini memusatkan perhatian untuk menghancurkan perlawanan di selatan dan timur Ukraina, setelah gagal merebut Kyiv pada minggu-minggu awal perang.

Serangannya telah meratakan kota-kota, membunuh ribuan warga sipil dan memaksa lebih dari 5 juta orang meninggalkan negara itu.