Bagikan:

JAKARTA - Bidang arkeologi mengumumkan temuan baru keberadaan jejak kaki manusia serta potret ekologi jazirah Arab yang merupakan padang rumput sekitar 120 ribu tahun lalu. Studi yang dirilis Science Advances itu menegaskan pentingnya arab bagi studi prasejarah umat manusia.

Max Planck Institutes for Chemical Ecology, Science of Human History, Royal Holloway University of London, dan King's College London berkolaborasi untuk studi ini. Untuk mengetahui umur temuan itu, para peneliti menggunakan teknik optical stimulated luminescence, yakni pengukuran cahaya pada butiran kuarsa dan jumlah energi yang dipancarkan jejak tersebut.

Hasilnya, peneliti mendapati jejak tersebut merupakan milik manusia dengan jumlah dua hingga tiga orang. Selain menemukan jejak kaki manusia, peneliti juga menemukan ratusan jejak hewan di dasar danau kuno yang terletak di semenanjung jazirah Arab bagian utara, tepatnya di Gurun Nefud Arab Saudi, sebuah wilayah yang belum banyak diteliti untuk memahami evolusi manusia.

Dikutip dari Max Planck Institute, penemuan ini sekaligus membuktikan pergerakan manusia yang menyebar dari Afrika ke Levant melewati Arab. “Kami segera menyadari potensi temuan ini. Jejak kaki bukti fosil yang memberikan gambaran singkatnya waktu mereka (manusia purba) singgah, hanya hitungan beberapa hari," tutur salah satu peneliti, Mathew Stewart dari Max Planck Institutes for Chemical Ecology.

Salah satu pemodelan yang dilakukan peneliti

Stewart juga menjelaskan bukti singkatnya persinggahan manusia di wilayah danau kuno itu. “Kami tahu orang-orang mengunjungi danau. Tetapi kurangnya peralatan batu atau bukti penggunaan bangkai hewan menunjukkan bahwa kunjungan mereka ke danau itu hanya singkat,” sambungnya. 

Penelitian yang telah berjalan selama satu dekade ini juga menyoroti peran Jazirah Arab dalam prasejarah manusia. Kondisi Arab yang saat ini identik dengan gurun dan kekeringan, ternyata dahulunya adalah padang rumput yang subur. Perubahan terjadi akibat adanya pergantian iklim yang ekstrem pada puluhan ribu tahun lalu.

“Pada waktu-waktu tertentu di masa lalu, gurun yang sekarang mendominasi bagian dalam semenanjung, dahulu adalah padang rumput yang luas dengan danau dan sungai air tawar. Selama periode peningkatan iklim inilah populasi manusia dan hewan menyebar ke pedalaman, seperti yang ditunjukkan oleh catatan arkeologi dan fosil.” ujar Richard Clark Wilson, peneliti dari Royal Holloway London.

Salah satu pemodelan yang dilakukan peneliti

Adapun hewan yang berhasil diidentifikasi jejaknya adalah puluhan gajah, kuda nil, dan unta. Kehadiran gajah menjadi temuan yang sangat menonjol dan memperkuat fakta bahwa wilayah yang kini gersang, dahulu adalah hamparan padang rumput yang hijau sehingga layak dihuni oleh hewan-hewan itu.

“Kehadiran hewan besar seperti gajah dan kuda nil, bersama dengan padang rumput terbuka dan sumber daya air yang besar, mungkin telah membuat Arabia utara menjadi tempat yang sangat menarik bagi manusia yang bergerak antara Afrika dan Eurasia,” kata Michael Petraglia penulis senior studi dari Max Planck Institute for Human History yang telah melakukan penelitian di wilayah tersebut selama lebih dari satu dekade.

Kumpulan jejak hewan yang terpusat di area danau kuno itu menunjukan bahwa hewan berkumpul di sekitar danau sebelum kondisi kekeringan melanda, mengakibatkan hewan mencari pasokan air dari sisa-sisa danau. Temuan ini menunjukkan pentingnya Arab untuk studi prasejarah manusia, sehingga para peneliti masih melanjutkan penelitiannya untuk menggali temuan lanjutan.