Bagikan:

JAKARTA - Jantung tertua di dunia telah ditemukan dalam fosil ikan berahang purba berusia 380 juta tahun yang lalu. Para peneliti menemukan fosil di Gogo Formation di wilayah Kimberley di Australia barat, sebuah terumbu karang yang melestarikan fauna dan flora unik dari periode Devonian akhir.

Organ tubuh itu nampak sangat awet di samping perut, usus dan hati fosil ikan yang terpisah. Mereka yang menemukan fosil jantung tertua ini, para peneliti dari Curtin University berharap penemuan itu bisa menjelaskan bagaimana makhluk, termasuk manusia, berevolusi.

Diklaim, fosil ikan berahang tersebut dulunya berenang di perairan selama periode Devonian, antara 419 juta dan 359 juta tahun lalu.

Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Science menunjukkan ikan itu berasal dari keluarga arthrodire, yakni kelompok ikan lapis baja yang telah punah, tetapi memiliki anatomi mirip dengan hiu modern.

Peneliti utama Profesor Kate Trinajstic menganggap temuan mereka ini adalah hal luar biasa, karena sangat jarang menemukan jaringan lunak spesies purba yang terawetkan dengan baik.

“Sebagai ahli paleontologi yang telah mempelajari fosil selama lebih dari 20 tahun, saya benar-benar takjub menemukan jantung 3D dan terawetkan dengan indah pada leluhur berusia 380 juta tahun," ujar Profesor Trinajstic seperti dikutip dari The Independent, Jumat, 16 September.

“Evolusi sering dianggap sebagai serangkaian langkah kecil, tetapi fosil purba ini menunjukkan ada lompatan yang lebih besar antara vertebrata tanpa rahang dan berahang. Ikan-ikan ini benar-benar memiliki hati di mulut dan di bawah insang, seperti hiu modern," imbuhnya.

Dengan menggunakan sinar neutron dan sinar-x sinkrotron, para peneliti memindai spesimen yang masih tertanam di batu kapur. Hal itu memungkinkan mereka untuk membangun gambar 3D dari jaringan lunak di dalamnya.

Gambar 3D mengungkapkan ikan itu memiliki jantung berbentuk S yang kompleks, terdiri dari dua ruang dengan yang lebih kecil dari keduanya duduk di atas. Profesor Trinajstic menyatakan, ini telah dikembangkan untuk vertebrata awal.

"Untuk pertama kalinya, kami dapat melihat semua organ bersama-sama pada ikan berahang primitif, dan kami sangat terkejut mengetahui bahwa mereka tidak begitu berbeda dari kami," tutur Profesor Trinajstic.