Gambar Cap Tangan Purba Tanpa Jari Telunjuk Ditemukan di Pulau Kisar Maluku
Tim arkeolog dari Balai Arkeologi Maluku menemukan gambar cadas purba telapak tangan tanpa jari telunjuk di Pulau Kisar, Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku (ANTARA/Balai Arkeologi Maluku)

Bagikan:

AMBON - Tim arkeolog dari Balai Arkeologi Maluku menemukan gambar cadas purba telapak tangan tanpa jari telunjuk di Pulau Kisar, Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku. Penemuan diduga ada kaitannya dengan okupasi manusia prasejarah di Kepulauan Maluku-Papua.

"Ini penemuan baru, karena selama ini penelitian mengenai lukisan cap tangan purba yang pernah ditemukan di wilayah Maluku dan Maluku Utara, telapak tangan utuh dan jari-jarinya lengkap," kata Arkeolog Lucas Wattimena dari Balai Arkeologi Maluku dikutip Antara, Senin, 13 September.

Dia menjelaskan, seni cadas purba telapak tangan kiri dengan jari telunjuk putus itu dilukis menggunakan teknik hand stencil atau cap tangan, ditemukan di situs Gua Kuil Aulapa, Desa Purpura, Kecamatan Kisar Utara, Kabupaten Maluku Barat Daya.

Tak jauh dari Bandara John Becker Kisar, situs tersebut merupakan satu dari 13 situs baru yang disurvei oleh tim arkeolog dari Balai Arkeologi pada awal Agustus lalu.

"Tipe gambar cadas dengan satu jari putus, lebih banyak ditemukan di wilayah Papua, dan itu ada kaitannya dengan tradisi potong jari untuk menghormati anggota keluarga yang meninggal dunia," kata Lucas.

Menurutnya, gambar telapak tangan kiri tanpa jari telunjuk tersebut ditemukan terasosiasi dengan gambar cap tangan lainnya di dinding gua, dan terlihat berbeda secara spesifik dengan gambar-gambar cadas yang pernah ditemukan di Kepulauan Maluku.

Kendati hanya satu gambar, penemuan itu diduga ada kaitannya dengan proses okupasi manusia purba di Kepulauan Maluku dan Papua, karena secara geografis kedua wilayah tersebut terhubung dalam zona Wallacea, Dangkalan Sahul dan Paparan Sunda yang membentuk keragaman biogeografis Asia Tenggara.

Wallacea merupakan gugusan kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku, zona ini terletak di antara celah yang terbentuk oleh Paparan Sahul yang meliputi lempeng landas kontinen benua Australia-Papua, dan Paparan Sunda yang terdiri dari daratan Sumatera, Jawa dan Kalimantan.

"Kemungkinan ada kaitannya, kami masih harus menganalisis lagi. Tinggalan budaya masa lampau ini mungkin saja bisa memberikan perspektif baru dalam upaya penelitian mengenai migrasi manusia purba," ucap Lucas.