JAKARTA - Orang-orang melarikan diri dari tempat yang relatif aman di Ukraina barat, bergabung dengan ribuan orang yang menyeberang ke Eropa timur pada Senin, setelah Rusia menyerang pangkalan Ukraina di dekat perbatasan dengan anggota NATO Polandia.
Ukraina mengatakan 35 orang tewas di pangkalan itu pada Minggu. Sementara, Moskow mengatakan hingga 180 'tentara bayaran asing' tewas dan sejumlah besar senjata asing dihancurkan.
Selain itu, Ukraina juga melaporkan serangan udara baru di bandara di barat negara itu oleh Rusia.
Sementara itu, jumlah pengungsi yang melarikan diri dari Ukraina sejak Rusia melakukan invasi pada 24 Februari lalu naik menjadi lebih dari 2,8 juta jiwa, berdasarkan data PBB pada Hari Senin seperti melansir Reuters 15 Maret.
Angka tersebut membuat invasi Rusia ke Ukraina dengan cepat berubah menjadi krisis pengungsi dengan pertumbuhan tercepat di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Sementara, pejabat Uni Eropa mengatakan 5 juta mungkin akhirnya melarikan diri sementara yang lain menempatkan angka lebih tinggi.
Selain itu, jutaan orang juga telah mengungsi di dalam Ukraina, dengan banyak yang dievakuasi hanya sejauh wilayah barat yang lebih tenang, termasuk ke kota-kota seperti Lviv.
Myroslava (52), meninggalkan rumahnya di wilayah Ternopil, di barat Ukraina, dan sedang menunggu di terminal stasiun Krakow di Polandia untuk dijemput oleh kenalannya. Dia tidak tahu di mana dia akan tinggal.
"Kami pergi karena serangan kemarin," katanya, seraya menambahkan bahwa dia berharap Ukraina barat akan aman.
"Kami tidak berencana untuk pergi, tetapi karena jaraknya sangat dekat, kami memutuskan untuk pergi," sambungnya.
Sementara Mira dari Kyiv, bepergian dengan ibunya ke Warsawa, mengatakan dia terkejut dengan serangan Rusia di dekat Lviv.
"Saya hanya panik dan merasa takut," tukasnya.
Pertempuran berlanjut di banyak kota utama Ukraina, termasuk ibu kota Kyiv. Dengan Pemerintah Ukraina mengatakan akan mencoba mengevakuasi warga sipil melalui 10 koridor kemanusiaan pada Hari Senin.
Adapun Rusia membantah menargetkan warga sipil, menggambarkan tindakannya sebagai 'operasi khusus' untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina. Sebaliknya, Ukraina dan sekutu Barat menyebut ini sebagai dalih tak berdasar untuk invasi Rusia ke negara demokratis berpenduduk 44 juta jiwa itu.
"Rumah-rumah diledakkan," tutur Alena Kasinyska, seorang pengungsi dari kota Mykolaiv, di selatan Ukraina, setelah menyeberang ke Rumania di Isaccea, perbatasan yang sibuk di delta Danube.
"Orang-orang tidak punya tempat tinggal, kami takut," tandasnya.
Negara-negara garis depan seperti Polandia, yang telah menerima lebih dari setengah dari jumlah total yang melarikan diri. Sementara Slovakia, Rumania, Hongaria, dan Moldova, telah menampung sebagian besar pengungsi, beberapa di antaranya kemudian menuju ke barat lebih jauh.
Penjaga perbatasan Polandia mengatakan sekitar 1,76 juta orang telah memasuki negara itu sejak pertempuran dimulai, dengan 18.400 tiba pada dini hari Senin.
Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengatakan pada konferensi pers dengan rekan-rekannya dari Ukraina dan Lithuania, serangan di dekat perbatasannya menunjukkan Rusia ingin 'menciptakan kepanikan di antara penduduk sipil'.
Tempat tidur sementara dan kantin darurat bermunculan di pusat konvensi dan pusat perbelanjaan bekas di sekitar wilayah tersebut, sementara para sukarelawan bekerja berjam-jam membagikan minuman panas dan kartu SIM gratis, atau mengantar pengungsi lebih jauh ke barat.
Di sebuah pusat pendidikan pemuda dekat Auschwitz, biasanya didedikasikan untuk melestarikan kenangan Holocaust dan Perang Dunia Kedua, hampir 2.000 makanan telah disajikan kepada para pengungsi dalam beberapa minggu terakhir.
Lebih jauh ke timur, tim koki dan pekerja bantuan internasional di Kota Przemysl telah menyajikan ribuan makanan setiap hari, kepada para pengungsi yang mengalir melalui penyeberangan perbatasan tersibuk di Polandia, Medyka, yang terletak di dekatnya.
BACA JUGA:
"Kami membuat banyak sup karena sangat dingin dan para pengungsi yang datang, mereka tidak dapat membawa makanan seperti sepiring besar karena mereka membawa semua barang-barang mereka," ungkap Clara, koki sukarelawan untuk LSM bantuan World Central Kitchen.
"Kami membuat cokelat panas, kami juga membuat banyak makanan bayi," lanjutnya.
Simpati atas penderitaan tetangga mereka dan kenangan mendalam tentang dominasi Moskow, telah melihat gelombang upaya sukarelawan, tetapi skala krisis pengungsi telah menimbulkan kekhawatiran akan kewalahan.
Diketahui, beberapa negara yang lebih jauh dari perbatasan Ukraina, seperti Republik Ceko, juga telah menerima puluhan ribu pengungsi, memberikan tekanan pada otoritas lokal, sementara yang lain, seperti Lituania, baru saja mulai menerima jumlah yang signifikan, dengan sekitar 1.000 sekarang tiba setiap hari.
"Sebagian besar dari mereka adalah wanita dengan anak kecil, beberapa hanya membawa tas tangan untuk bagasi," ungkap Kristina Meide, direktur Palang Merah Lithuania.