Invasi Moskow ke Ukraina, Museum di Italia Kembalikan Karya Seni yang Dipinjamkan ke Galeri Rusia
The Hermitage Museum, Rusia. (Wikimedia Commons/W. Bulach)

Bagikan:

JAKARTA - Dua museum di Milan, Italia akan mengembalikan beberapa karya seni pinjaman dari Rusia, setelah permintaan untuk pengembalian awal mereka, galeri Italia mengatakan pada Hari Kamis, tanda lebih lanjut dari ketegangan yang lebih luas yang disebabkan oleh invasi ke Ukraina.

Dua minggu berjalan, intensitas pertempuran antara pasukan Rusia dan Ukraina belum mereda, berdampak pada berbagai sektor kehidupan mulai dari ekonomi hingga seni.

Museum Hermitage yang berbasis di St. Petersburg, Rusia menulis kepada Palazzo Reale Milan meminta pengembalian dua lukisan, termasuk 'Wanita muda dengan topi berbulu' karya pelukis Venesia Titian, yang dipinjamkan untuk pameran bertajuk 'Titian dan citra wanita di Venesia pada abad ke-16'.

"Saya pikir kedua karya itu akan diambil pada akhir Maret," kata direktur museum Domenico Piraina, seraya menambahkan, mereka tidak dapat menentang permintaan tersebut, melansir Reuters 11 Maret

"Karya Titian memang penting, tapi tanpa itu pameran bisa berjalan dengan baik," katanya.

Diketahui, sedianya pameran yang dimulai pada 23 Februari tersebut, direncanakan berlangsung hingga 5 Juni mendatang.

"Ketika saya membaca surat itu, saya merasa pahit karena budaya harus dilindungi dari perang, tetapi ini adalah masa-masa sulit," tambah Piraina.

Terpisah, Gallerie d'Italia, yang mengoperasikan museum lain di Milan, mengatakan pihaknya menerima permintaan untuk mengembalikan 23 dari hampir 200 karya dalam pameran 'Grand Tour. Dream of Italy from Venice to Pompeii' saat ini dengan pinjaman dari empat museum Rusia.

"Pengembalian akan dilakukan menjelang penutupan pameran yang dijadwalkan pada 27 Maret," terang juru bicara bank Intesa Sanpaolo yang memiliki koleksi di galeri dan dua situs lainnya di Naples dan Vicenza.

Sementara, Fendi Foundation yang berbasis di Roma dan museum lain di kota utara Udine telah menerima permintaan serupa.

Untuk diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus sebagai tanggapan atas permintaan bantuan dari kepala Republik Donbass pada 24 Februari lalu.

Dia menekankan Moskow tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina, tetapi bertujuan untuk demiliterisasi dan denazifikasi negara itu. Ia juga mengatakan, salah satu tuntutan utama Moskow adalah, Ukraina tetap netral (tidak bergabung dengan Uni Eropa dan NATO).

Sebagai respons, Amerika Serikat bersama sejumlah negara Barat dan sekutu menjatuhkan sanksi terhadap Rusia akibat invasi yang dilakukan, dengan Moskow membalasnya juga dengan menjatuhkan sanksi.