Tak Sesuai Perintah Dalam Operasi di Ukraina, Presiden Putin Perintahkan Jaksa Militer Hukum Pejabat Bertanggung Jawab
Kendaraan militer Rusia yang berhasil dihancurkan di Ukraina. (Wikimedia Commons/mvs.gov.ua/Міністерство внутрішніх справ України)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Pertahanan Rusia mengakui pada Hari Rabu, beberapa wajib militer mengambil bagian dalam konflik dengan Ukraina setelah Presiden Vladimir Putin membantahnya dalam berbagai kesempatan, dengan mengatakan hanya tentara dan perwira profesional yang telah dikirim.

Kementerian mengatakan, beberapa dari mereka, yang bertugas di unit pasokan, telah ditawan oleh tentara Ukraina sejak pertempuran dimulai pada 24 Februari.

Mengutip Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov, kantor berita RIA mengatakan Presiden Putin telah memerintahkan jaksa militer untuk menyelidiki dan menghukum pejabat yang bertanggung jawab, karena tidak mematuhi instruksinya untuk mengeluarkan wajib militer dari operasi tersebut.

Beberapa asosiasi ibu tentara di Rusia telah menyuarakan keprihatinan, tentang sejumlah wajib militer yang tidak berkomunikasi pada awal apa yang disebut Kremlin sebagai 'operasi militer khusus' di Ukraina, menunjukkan mereka dapat dikirim untuk berperang meskipun kurangnya pelatihan yang memadai.

Kremlin dan otoritas militer telah membantahnya sampai sekarang. Pekan lalu, parlemen Rusia mengesahkan undang-undang yang menjatuhkan hukuman penjara hingga 15 tahun karena sengaja menyebarkan berita palsu tentang militer.

"Sayangnya, kami telah menemukan beberapa fakta tentang kehadiran wajib militer di unit yang mengambil bagian dalam operasi militer khusus di Ukraina. Praktis semua tentara tersebut telah ditarik ke Rusia," kata Kementerian Pertahanan, berjanji untuk mencegah situasi seperti itu di masa depan, seperti melansir Reuters 10 Maret.

Terpisah, seorang ibu wajib militer, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan unit militer putranya yang berusia 19 tahun dikirim ke selatan ke Kota Kursk Rusia, segera setelah dia memulai dinas militernya dan kemudian dipindahkan ke Belgorod, sebuah kota yang lebih dekat ke perbatasan Ukraina, untuk pelatihan.

Dia mengatakan, dilihat dari beberapa panggilan telepon yang dia terima, dia belum dikerahkan ke Ukraina dan belum menandatangani kontrak untuk melakukannya.

"Saya tidak yakin apa yang akan terjadi besok," ujar kepada Reuters melalui telepon.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Hari Senin, tugas melaksanakan operasi militer khusus di Ukraina hanya akan melibatkan anggota militer profesional. Prajurit wajib militer tidak berpartisipasi dalam operasi dan tidak akan ada di masa depan.

"Tugas yang ditetapkan hanya diselesaikan oleh prajurit profesional. Saya yakin mereka akan memastikan keamanan dan perdamaian bagi rakyat Rusia," ungkap Presiden Putin, seperti mengutip Sputnik News.