Menkes Akui COVID-19 Sub Varian Omicron Ada di Tanah Air
Menkes Budi Gunadi Sadikin (DOK Kemenkes)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui COVID-19 sub varian Omicron BA.2 sudah ada di Tanah Air. Penyebaran varian ini bahkan disebutnya mendominasi selama dua bulan terakhir.

"Sub varian ini sudah ada di Indonesia. Hasil final genome sequencing kami yang terakhir dalam dua bulan lebih, kami sudah lakukan 8.032 genome sequencing di akhir-akhir porsi BA.2 ini sudah dominan di Indonesia," kata Budi dalam konferensi pers yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Presiden, Senin, 14 Maret.

Budi mengatakan sub varian ini telah menyebabkan peningkatan kasus COVID-19 dan kematian di tiga negara seperti Hong Kong, Korea Selatan, dan Inggris. Tapi, dia meminta masyarakat tidak perlu panik untuk menyikapinya.

Penyebabnya, ketiga negara terutama Hong Kong itu mengalami peningkatan kasus dan kematian karena cakupan vaksinasi lansia yang sangat rendah. Budi menyebut, di Hong Kong, warga lanjut usia yang mendapat vaksin baru 26 persen.

Belajar dari kejadian ini, pemerintah meminta masyarakat terutama lansia untuk segera mendapatkan vaksin COVID-19 secara lengkap. Bahkan, jika perlu setelah menerima dua dosis segera menerima dosis ketiga atau booster.

"Sekali lagi yang meninggal dan masuk rumah sakit di seluruh dunia, kita lihat di Hong Kong ya, yang banyak itu adalah lansia yang vaksinasinya belum lengkap," tegas eks Wakil Menteri BUMN itu.

"Oleh karena itu, perlu sekali kita menyegerakan vaksinasi lengkap atau minimal dua dosis dan idealnya tiga dosis ke para lansia kita untuk melindungi mereka," imbuh Budi.

Menkes Budi juga mengimbau masyarakat untuk tidak memilih jenis vaksin. Dia mengingatkan semua pihak yang belum divaksin, segera disuntik sebanyak dua dosis.

Bagi yang memiliki orang tua maupun keluarga lanjut usia yang belum divaksin, Budi meminta, masyarakat membantu untuk meyakinkan mereka.

"Tolong segera baik itu vaksinasi pertama, vaksinasi kedua, vaksinasi ketiga tanpa memilih jenis vaksinnya. Karena semua vaksin yang ada efikasinya sudah lolos dari efikasi WHO," ujar Budi.

"Kalau ada perbedaan (paling, red) sedikit dan akan jauh lebih bermanfaat kalau teman-teman mendapat vaksin lebih cepat. Jadi jangan menunggu atau memilih vaksin," pungkasnya.