Bagikan:

MEDAN - Di tengah invasi Rusia ke Ukraina, masih ada 9 orang warga Binjai dan Langkat, Sumatera Utara tertahan. 

Dalam video yang beredar, mereka berlindung di bungker menyelamatkan diri. Para WNI disebut menunggu proses evakuasi dari pemerintah Indonesia. 

Salah satu keluarga WNI asal Binjai menangis meminta pemerintah segera mengevakuasi. Usai telekonferensi dengan pihak Duta Besar Indonesia untuk Ukraina, di ruang di Command Center (BCC) Balai Kota Binjai, ibunda dari Muhammad Raga Prayuga, Ritami, menangis sambil membawa fotonya bercerita kondisi anak yang saat ini sedang berada di Chernihiv, bagian Utara Ukraina.

Menurutnya Rutami, anaknya Muhammad Raga Prayuga, bersama 8 orang warga Binjai dan Langkat berad di Ukraina dan bekerja di pabrik plastik milik WN Yordania.

"Kami memohon kepada pemerintah Indonesia untuk mengevakuasi anak saya bersama teman-temannya di sana (Ukraina)," pinta Rutami, Senin, 7 Maret.

Ritami mengatakan, sebenarnya anaknya sudah mau pulang ke Indonesia saat mendengar kabar soal invasi Rusia ke Ukraina. Hanya saja, prosesnya sangat lamban.

Akibatnya, mereka tertahan di tengah kondisi perang Rusia dengan Ukraina.

"Kalau berdasarkan kontrak, bulan September 2022 ini kontraknya habis," kata Ritami. 

Warga Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Cengkeh Turi, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai itu berharap, anaknya bersama rekan-rekannya bisa segera dievakuasi, dan pulang ke tanah air dengan keadaan selamat.

Ritami mengaku berusaha tabah dan mencoba menenangkan diri. 

"Tapi dari rekaman-rekaman video yang dikirim Raga dan saya lihat langsung, ada suara ledakan bom, lalu ada suara 'lari, lari," bagaimana saya bisa tenang. Saya ngerti, anak saya akan dievakuasi jika situasi sudah aman. Tapi saya belum bisa tenang, karena anak saya belum dievakuasi," katanya.

Saat berkomunikasi dengan anaknya, Ritami berpesan agar Raga tidak mengunggah di media sosial. Dia khawatir, ada pihak yang salah paham dan memberikan respons yang negatif. 

"Namun Raga bersikeras untuk memposting di medsos. Tujuannya gar Pemerintah Indonesia tahu kondisi mereka seperti apa," sebutnya

"Di situlah hancur perasaan saya, berarti kondisinya lagi bahaya di sana. Dia anak baik, saya gak punya harta apa-apa lagi selain dia," sambungnya. 

Ritami mengatakan, anaknya yang merantau ke Ukraina itu merupakan tulang punggung keluarga. Apalagi, setelah Ritami dan suaminya berpisah. 

Anaknya merantau ke Ukraina untuk membantu ekonomi keluarga sekaligus membiayai adiknya yang sedang bersekolah di SMA.

"Umur Raga 21 tahun, dia tulang punggung keluarga. Dia (Raga) berharap, kalau pulang ke rumah dengan kondisi selamat, mau peluk saya," tutur Ritami.