Dulu hanya Untuk Polisi, Kini Anak Muda Somalia Bisa Berlatih Berkuda dan Bermimpi Menjadi Atlet Internasional
Ilustrasi. (Unsplash/Helena Lopes)

Bagikan:

JAKARTA - Di jalan yang ditumbuhi pepohonan dan tidak beraspal di ibu kota Somalia, Mogadishu, orang-orang merunduk keluar dari rumah mereka untuk menatap kagum pada pemandangan yang tidak biasa: dua pemuda di atas kuda putih, berlomba-lomba, dalam pelatihan untuk apa yang akan menjadi pacuan kuda pertama di kota itu dalam beberapa dekade.

Peningkatan keamanan secara perlahan telah memicu permintaan untuk kegiatan olahraga dan rekreasi, termasuk menunggang kuda yang belakangan terbukti menjadi populer.

Menonton pelatihan tersebut, ibu lima anak Abshira Mohamed mengaku senang melihat kegiatan yang menginspirasi anak muda dan menghibur orang tua seperti dirinya.

Yahye Isse (29), mendirikan kandangnya untuk menawarkan pelajaran berkuda kepada publik dan akhirnya menjadi tuan rumah kompetisi di Mogadishu, antara pengendara dari kota dan dari daerah semi-otonom negara itu.

Sementara, kawasan ibu kota masih sering dilanda bom bunuh diri mematikan oleh kelompok Al Shabaab yang terkait dengan Al Qaeda, yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintah pusat. Membuka tempat pelatihan berkuda merupakan taruhan, bahwa ketidakstabilan tidak akan memburuk, kata Isse.

"Pacuan kuda dimaksudkan untuk wilayah damai, bukan zona perang. Anak-anak dan orang tua suka melihat kuda, mereka memiliki keindahan yang menarik orang," ujar Isse seperti dilansir dari Reuters 7 Maret.

Diketahui, selama era diktator militer Siad Barre, yang digulingkan pada tahun 1991, hanya polisi yang diajari menunggang kuda. Namun kandang baru, yang beroperasi di luar stadion Mogadishu dan menampung 14 kuda, telah menarik lusinan pemuda Somalia yang telah mendaftar untuk belajar dan bermimpi berlomba di kompetisi internasional suatu hari nanti.

Hingga saat ini, lebih dari 30 siswa telah menyelesaikan kursus berkuda enam bulan di istalnya menurut Isse, dengan delapan siswa penuh waktu yang saat ini terdaftar, masing-masing membayar 100 dolar AS per bulan.

Isse dan tiga rekan pelatihnya tidak mendapatkan gaji, katanya, dan dia mendanai sekolahnya melalui bisnis penyewaan mobil dan penyewaan tanah.

Ia berharap, Pemerintah Somalia dapat memberikan dukungan untuk menumbuhkan dan mengembangkan olahraga berkuda lebih lanjut di tanah air mereka.