JAKARTA - Angka korban jiwa akibat serangan peluru kendali atau desingan peluru dalam konflik Rusia-Ukraina terus bertambah. Tapi pernahkah ada jumlah pasti pasien-pasien yang terpaksa menghembuskan napas terakhir akibat tak mendapat perawatan?
Perang memang tak pernah menguntungkan. Tak perlu pun pendidikan tinggi untuk bisa mengetahui itu.
Selama lima hari terakhir invasi Rusia, ruang bawah tanah rumah sakit anak-anak Ukraina telah menjadi tempat perlindungan bom bagi pasien kanker di negara itu.
Kasur tipis, bantal, dan selimut menutupi lantai lorong bawah tanah saat suara ledakan dan tembakan terdengar di atas. Orang tua berbicara dengan tenang untuk meyakinkan anak-anak mereka yang sakit, mendorong mereka untuk makan atau tidur.
Dokter dan perawat berusaha memberikan perawatan terbatas yang mereka bisa, meskipun persediaan obat-obatan yang diperlukan, serta makanan dan air semakin menipis.
"Anak-anak ini lebih menderita karena mereka harus tetap hidup untuk melawan kanker - dan perjuangan ini tidak bisa menunggu," kata Dr. Lesia Lysytsia dari ruang bawah tanah Okhmatdyt seperti dikutip dari NBC News, Selasa 1 Maret.
Ketika Dr. Lesia Lysytsia sedang berbicara, terdengar sirene udara memperingatkan ancaman pengeboman.
Kondisi mereka bisa memburuk kapan saja ketika akses ke kemoterapi semakin sulit. Bahkan tidak mungkin nyawa mereka akan melayang bukan akibat peluru atau rudal.
BACA JUGA:
"Kami akan menghitung berapa banyak orang atau tentara yang tewas dalam serangan, tetapi kami tidak akan pernah menghitung berapa banyak pasien yang tidak terdiagnosis suatu penyakit pada waktunya, berapa banyak pasien yang meninggal karena tidak mendapat perawatan," sindir dia.
Untuk bisa mengevakuasi mereka hal mudah. Mereka tidak tahu berapa lama perjalanan, persediaan medis apa yang akan dibutuhkan dan bahaya apa yang mungkin mereka hadapi di jalan.
"Pasien dan orang tua mereka bertanya kepada saya apakah itu aman, dan saya menjawab, 'Saya tidak tahu,'" kata Lysytsia.
"Aku bahkan tidak tahu apakah aman untuk pergi ke luar. Mungkin saja mereka pergi ke dekat rumah sakit dan mereka akan diserang."