Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat sedang menguji anjing robot untuk berpatroli di perbatasannya dengan Meksiko, dalam upaya untuk meningkatkan kehadiran Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP) di sepanjang perbatasan selatannya.

Langkah tersebut telah meningkatkan alarm di antara kelompok-kelompok hak-hak sipil (HAM) dan beberapa politisi Negeri Paman Sam.

"Sangat memalukan bagaimana kedua belah pihak berjuang mati-matian untuk mempertahankan kemampuan mereka, untuk memompa uang publik yang tak ada habisnya ke dalam militerisasi," kata anggota Kongres Demokrat AS Alexandria Ocasio-Cortez dalam menanggapi berita di Twitter, mengutip Euronews 9 Februari.

"Dari tank di departemen kepolisian hingga kontrak militer yang korup, mendanai kekerasan ini adalah bipartisan + non-kontroversial, namun perawatan kesehatan + perumahan."

Anjing robot diproduksi oleh Ghost Robotics, sebuah perusahaan teknologi keamanan yang bekerja dengan militer.

robot anjing
Robot anjing patroli perbatasan AS. (Instagram/@ghostrobotics)

Mereka sebelumnya telah menimbulkan kontroversi ketika Ghost Robotics bekerja sama dengan Sword International, spesialis senjata kecil dan menambahkan senapan tak berawak ke bot dengan zoom optik 30x, kamera termal untuk penargetan dalam gelap dan jangkauan efektif 1.200 m. Meski, robot yang dikerahkan di sepanjang perbatasan tidak bersenjata.

Sebuah unggahan blog oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) mengatakan, mereka akan menjadi "bantuan (atau 'cakar')" untuk personel CBP.

"Perbatasan selatan bisa menjadi tempat yang tidak ramah bagi manusia dan binatang, dan itulah mengapa sebuah mesin bisa unggul di sana," terang Brenda Long, manajer program dari Direktorat Sains dan Teknologi di DHS.

Terpisah, Gavin Kenneally, chief product officer di Ghost Robotics mengatakan, robot dapat melintasi "semua jenis medan alami termasuk pasir, batu, dan bukit, serta lingkungan buatan manusia, seperti tangga".

Rencananya, mesin-mesin itu akan berpatroli di perbatasan, merekam video dan memindai di sekitar mereka saat mereka pergi. Hal ini telah menyebabkan kekhawatiran privasi, tentang pengawasan orang-orang yang tinggal di dekat perbatasan tanpa persetujuan.

Terkait hal tersebut, Electronic Frontier Foundation menyuarakan kegelisahan pada pengembangan dan memperingatkan misi creep, ketika teknologi diberikan kepada penegak hukum hanya untuk kasus-kasus tertentu atau ekstrim, tetapi kemudian digunakan di luar batas-batas itu.

robot anjing
Robot anjing patroli perbatasan AS. (Instagram/@ghostrobotics)

Sementara itu, Departemen kepolisian Honolulu berinvestasi dalam robot anjing yang dibuat oleh Boston Dynamics tahun lalu, menuai kritik ketika polisi menggunakannya untuk memindai mata para tunawisma. Adapun di New York polisi berhenti menggunakan robot anjing yang sama menyusul kecaman publik.

Untuk diketahui, memberi lebih banyak kekuatan dan teknologi ke DHS juga menyebabkan keresahan di beberapa tempat. Dalam beberapa tahun terakhir, departemen tersebut mendapat sorotan atas perlakuannya terhadap pencari suaka di perbatasan.

Human Rights Watch menemukan 160 laporan internal tentang pelanggaran dan pelecehan, termasuk pelecehan fisik dan seksual, dari pemohon suaka di tangan petugas dalam beberapa komponen DHS, terutama petugas CBP dan agen Patroli Perbatasan antara tahun 2016 dan 2021.

"Rencana DHS untuk menggunakan anjing patroli robot di perbatasannya adalah bencana kebebasan sipil yang sedang dibuat," kritik kata American Civil Liberties Union (ACLU) di Twitter.

"Pemerintah harus menarik kembali proposal berbahaya ini, dan pemerintahan Biden harus mengerem keterpurukan negara kita menjadi distopia anti-imigran."

Belum diumumkan apakah robot anjing akan menjadi perlengkapan permanen di sepanjang perbatasan, juga belum diungkapkan biaya proyeknya. Namun, DHS menilai percobaan itu 'berhasil'.

"Jangan heran jika di masa depan kita melihat robot 'Fido' di lapangan, berjalan berdampingan dengan personel CBP," sebut mereka dalam unggahan di blognya.