JAKARTA - Mantan Presiden Donald Trump membawa dokumen berisi informasi rahasia ke rumahnya di Florida setelah meninggalkan Gedung Putih, Administrasi Arsip dan Catatan Nasional AS mengatakan dalam sebuah surat kepada Kongres pada Hari Jumat, tentang 15 kotak dokumen yang baru-baru ini ditemukan.
Pihak Arsip Nasional AS mengatakan telah memberi tahu Departemen Kehakiman, yang akan menangani penyelidikan apa pun.
"NARA telah mengidentifikasi barang-barang yang ditandai sebagai informasi keamanan nasional rahasia di dalam kotak," kata David Ferriero, arsiparis Amerika Serikat, dalam sebuah surat kepada Perwakilan Demokrat AS Carolyn Maloney, ketua komite pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat, melansir Reuters 19 Februari.
Komite yang dipimpin Maloney telah menyelidiki masalah dokumen terkait dengan Donald Trump, yang meninggalkan Gedung Putih pada Januari tahun 2021 lalu.
"Pengungkapan baru ini memperdalam kekhawatiran saya tentang pengabaian mencolok mantan Presiden Trump terhadap undang-undang catatan federal dan dampak potensial pada catatan sejarah kita," tukas Maloney dalam sebuah pernyataan.
Terkait dengan hal ini, seorang juru bicara Trump tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Surat dari Ferriero juga mengatakan, beberapa staf Gedung Putih melakukan pekerjaan resmi menggunakan akun pesan elektronik tidak resmi, yang tidak disalin atau diteruskan ke akun pesan elektronik resmi, dan sedang dalam proses mendapatkan beberapa catatan yang hilang itu.
The Washington Post melaporkan pekan lalu bahwa beberapa dokumen yang dibawa ke rumah Trump ditandai sebagai rahasia, yang dapat meningkatkan tekanan hukum yang dapat dihadapi Trump atau para pembantunya.
BACA JUGA:
Untuk diketahui, Undang-Undang Catatan Presiden mensyaratkan pelestarian memo, surat, catatan, email, faks dan komunikasi tertulis lainnya yang terkait dengan tugas resmi presiden.
Mengklaim hak istimewa eksekutif, Trump menggugat tidak berhasil menghentikan rilis catatan dari Gedung Putihnya, termasuk ke komite terpilih DPR yang menyelidiki serangan 6 Januari 2021 di US Capitol oleh para pendukung Trump.