Bagikan:

JAKARTA - Enam migran tewas setelah tentara Meksiko menembaki truk yang ditumpangi 33 migran saat mencoba menghindari patroli militer.

Sepuluh migran lainnya terluka dalam insiden pada Selasa, 1 Oktober malam, kata kementerian pertahanan Meksiko. Kelompok migran itu mencakup orang-orang berkebangsaan Mesir, Nepal, Kuba, India, dan Pakistan, tapi tak disebutkan identitas kewarganegaraan korban yang meninggal.

Dilansir Reuters, Kamis, 3 Oktoober, otoritas Meksiko mengatakan insiden itu terjadi sebelum jam 9 malam di jalan raya dekat kota Huixtla, sekitar 40 km (25 mil) dari Tapachula, perbatasan Guatemala.

Truk tersebut diikuti oleh dua kendaraan yang serupa dengan yang digunakan oleh kelompok kriminal di daerah tersebut. Tentara melaporkan mendengar ledakan setelah dua petugas melepaskan tembakan.

Empat migran tewas di tempat kejadian, sementara dua lainnya meninggal di rumah sakit.

Peristiwa tersebut menyoroti kebijakan Meksiko terhadap migran serta meningkatnya peran militer dalam keamanan negara.

“Peristiwa ini bukan sebuah kebetulan atau terisolasi, ini merupakan konsekuensi dari kebijakan imigrasi ketat yang terus diterapkan oleh negara bagian Meksiko,” kata Kelompok organisasi advokasi dan masyarakat sipil.

a

Meksiko berada di bawah tekanan Amerika Serikat untuk mengurangi jumlah migran yang tiba di perbatasan mereka, yang merupakan negara dengan jumlah migran terbanyak.

Dalam beberapa bulan terakhir, penyeberangan perbatasan ilegal telah berkurang, karena pemerintahan AS Joe Biden memperketat pendekatannya terhadap keamanan perbatasan menjelang pemilu 5 November, di mana Wakil Presiden Kamala Harris menghadapi Donald Trump dari Partai Republik, yang berjanji akan melakukan tindakan keras jika terjadi pelanggaran bila dirinya terpilih lagi di Pilpres AS.