Korban Tewas Imigran Dalam Truk di Texas Bertambah Menjadi 50 Orang, 22 di Antaranya Warga Meksiko, Presiden Obrador: Saya Berbelasungkawa
Ilustrasi. (Unsplash/David von Diemar)

Bagikan:

JAKARTA - Korban tewas imigran perdagangan manusia akibat suhu panas di dalam truk di Texas, Amerika Serikat bertambah menjadi 50 orang, dengan 22 di antaranya warga Meksiko, dengan Presiden Andres Manuel Lopez Obrador menyampaikan belasungkawa.

Para migran meninggal di dalam sebuah traktor-trailer di San Antonio, Texas, di mana suhu membengkak hingga 103 derajat Fahrenheit (39,4 derajat Celcius). Itu adalah salah satu insiden penyelundupan manusia paling mematikan baru-baru ini di sepanjang perbatasan AS-Meksiko.

Pihak berwenang setempat dan AS mengatakan tidak ada tanda-tanda air dan tidak ada AC yang berfungsi di dalam truk.

"Saya ingin menyampaikan belasungkawa saya kepada kerabat dari bencana ini," kata Presiden Meksiko Lopez Obrador, melansir Reuters 28 Juni.

Terkait hal ini, pejabat imigrasi dari Meksiko juga membantu keluarga para korban dan pemindahan jenazah, kata Presiden Lopez Obrador.

Ditambahkan Presiden Lopez Obrador, dirinya akan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Washington pada 12 Juli untuk membahas migrasi.

Sekitar 22 warga Meksiko, tujuh warga Guatemala dan dua warga Honduras diidentifikasi di antara korban tewas, kata Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard di Twitter pada Selasa. Tidak ada informasi tentang kewarganegaraan dari 19 lainnya, kata pejabat Meksiko.

presiden meksiko lopez obrador
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador. (Wikimedia Commons/EneasMx)

Seorang juru bicara kementerian luar negeri Honduras mengatakan kepada Reuters, bahwa konsulat negara itu di Houston dan Dallas akan menyelidiki insiden tersebut.

Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE) mengatakan bahwa divisi Investigasi Keamanan Dalam Negeri sedang melakukan penyelidikan kriminal atas "dugaan peristiwa penyelundupan manusia" berkoordinasi dengan polisi setempat.

Sementara, seorang pejabat Departemen Pemadam Kebakaran San Antonio mengatakan, mereka menemukan 'tumpukan mayat' dan tidak ada tanda-tanda air di dalam truk, yang ditemukan di sebelah rel kereta api di daerah terpencil di pinggiran selatan kota.

Enam belas orang yang ditemukan di dalam trailer diangkut ke rumah sakit, karena serangan panas dan kelelahan, termasuk empat anak di bawah umur, tetapi tidak ada anak-anak di antara yang tewas, kata departemen.

"Pasien yang kami lihat terasa panas saat disentuh, mereka menderita serangan panas, kelelahan," kata Kepala Pemadam Kebakaran San Antonio Charles Hood dalam konferensi pers.

"Itu adalah traktor-trailer berpendingin tetapi tidak ada unit AC yang berfungsi di rig itu," sambungnya.

Terpisah, kepala polisi kota, William McManus mengatakan, ini adalah insiden terbesar dari jenisnya di kota dan mengatakan tiga orang ditahan setelah insiden itu, meskipun keterlibatan mereka tidak jelas.

"Orang-orang yang bertanggung jawab untuk membuat orang lain tunduk pada kondisi ini harus dituntut secara hukum sepenuhnya," tegas Walikota San Antonio Ron Nirenberg dalam sebuah wawancara di CNN pada hari Selasa.

Dari Gedung Putih, sekretaris pers Karine Jean-Pierre mengatakan Biden telah diberi pengarahan dan akan terus mendapatkan pembaruan tentang situasi tersebut.

"Terlalu banyak nyawa yang hilang dalam perjalanan berbahaya ini. Kami akan terus mengambil tindakan untuk mengganggu jaringan penyelundupan manusia, yang tidak mempedulikan nyawa. Mereka mengeksploitasi dan membahayakan untuk mendapatkan keuntungan," katanya di atas Air Force One.

Untuk diketahui, jalan raya I-35 di dekat tempat truk itu ditemukan memanjang dari San Antonio hingga perbatasan Meksiko, koridor penyelundupan yang populer karena volume lalu lintas truk yang besar, menurut Jack Staton, mantan pejabat senior unit investigasi ICE yang pensiun di Desember.

Staton mengatakan para migran secara teratur dicegat di daerah itu sejak insiden 2017. "Hanya masalah waktu sebelum tragedi seperti ini akan terjadi lagi," katanya.