Jawab Keraguan Ketua DPRD DKI, Sahroni: Jangan Samakan Sirkuit Formula E dengan Formula 1
Ketua Pelaksana Formula E yang juga politikus Partai Nasdem, Ahmad Sahroni (Foto: Diah/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Pelaksana Formula E Ahmad Sahroni meminta semua pihak untuk tidak menyamakan bentuk sirkuit dan sistem pengaspalan lintasan Formula E dengan Formula 1.

Hal ini menanggapi keraguan sejumlah pihak termasuk Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi atas pembangunan sirkuit Formula E yang hanya dikerjakan selama 3 bulan.

"Jangan samakan sirkuit Formula E dengan F1, pasti beda. Karena pasti beda, jadi jangan miss informasi, bagaimana secara teknis apa yang mejadi kedua belah balapan, ya. Itu satu Formula E, satu Formula 1," kata Sahroni saat ditemui di lokasi pembangunan sirkuit, Ancol, Jakarta Utara, Rabu, 23 Februari.

Terkait waktu pengerjaan, Sahroni mengklaim sirkuit Formula E yang dibangun oleh BUMD PT Jaya Konstruksi dilakukan selama 24 jam per hari. Konstruksi lintasan ini ditargetkan selesai dalam waktu 54 hari.

Karenanya, Sahroni mengaku pelaksana meminta Jaya Konstruksi untuk menambah jumlah pekerja yang menggarap pembangunan sirkuit ini untuk mempercepat pengerjaan.

"Saya juga minta kepada kontraktor untuk pertambahan orang melaksanakan untuk pembangunan di sirkuit ini," ucap Sahroni.

Sebelumnya, Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi meragukan kualitas sirkuit Formula E yang dibangun hanya dalam waktu 3 bulan, mulai Februari hingga April mendatang.

Sebagai orang yang menggeluti dunia balap, lintasan Formula E layaknya Formula 1 yang perlu dibangun sekitar setengah tahun. Bahkan, waktu pengerjaan ini pun ditargetkan pada tanah yang tak perlu dikeraskan.

Sementara, lokasi sirkuit Formula E di Jakarta Utara merupakan lahan bekas pembuangan lumpur, di mana harus ada pengerasan terlebih dahulu sebelum pengaspalan. Dikhawatirkan, jika pembangunan sirkuit dilakukan secara buru-buru, maka akan mudah timbul kecelakaan.

"Ini Formula E, memang besarnya sama Formula 1 itu hampir sama. Di sana pakai mesin, di sini pakai listrik. Kalau aspalnya itu tiba-tiba enggak matang, lalu dengan lari kecepatan 250 kilometer per jam dia ngerem, itu aspalnya keluar, itu terbalik," kata Prasetyo dalam tayangan YouTube Total Politik.

Setelah sirkuit Formula E dibangun, akan ada pengecekan dan uji coba terlebih dahulu dari Formula E Operation (FEO) selaku pemegang lisensi Formula E. Jika nantinya sirkuit Formula E tak disetujui, maka Prasetyo menganggap anggaran yang telah dikeluarkan menjadi sia-sia.

"Kan kita enggak tahu apakah diokein FEO dan FIA, karena masih harus persetujuan lagi. Kalau tiba-tiba enggak disetujui? Kerugian negara lagi, bos!" cecarnya.