Kemenkes Akui Masih Ada Layanan Paket Obat untuk Isoman COVID-19 yang Terlambat
Photo by Christina Victoria Craft on Unsplash

Bagikan:

JAKARTA - Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan, Setiaji mengaku masih ada keterlambatan sistem pelayanan pengiriman paket obat telemedisin untuk pasien COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri (isoman).

"Saya memang terima keluhan soal kenapa masih (ada pasien COVID-19) belum masuk ke paket isoman," kata Setiaji dalam diskusi virtual, Rabu, 16 Februari.

Setiaji menjelaskan, cepat atau lambatnya layanan telemedisin yang disediakan kemenkes bergantung dari hasi input data tiap kasus dalam New All Record (NAR). Data ini diinput oleh laboratorium-laboratorium tes COVID-19 jejaring Kemenkes.

"Begitu positif, mereka (laboratorium) harus input ke NAR. Jadi memang ada yang delay (terlambat) input, ada yang 2 sampai 3 hari, ada juga yang cepat, tergantung labnya," ungkap Setiaji.

Data ini, kata Setiaji, dibutuhkan untuk memverifikasi pemberian layanan telemedisin berupa paket obat gratis yang akan diajukan oleh warga yang isolasi mandiri akibat terpapar COVID-19.

Karenanya, Setiaji mengaku pemerintah akan mengevaluasi hingga memberi sanksi bagi laboratorium yang terlambat menginput data hasil tes warga. Sanksi itu bisa berupa teguran hingga pencabutan izin usaha laboratorium tersebut.

"Kami terus evaluasi dan menyampaikan teguran hingga taraf pencabutan izin kalau tidak melakukan percepatan hasil lab," tutur dia.

Ke depannya, Setiaji mengaku pihaknya akan melakukan sistem integrasi beberapa laboratorium. Nantinya, laboratorium tak perlu memasukkan data kasus COVID-19 pada sistem karena langsung terkoneksi.