Khawatir Iritasi hingga Kanker, Uni Eropa Berlakukan Larangan Tinta Tato
Ilustrasi tato. (Pexels/cottonbro)

Bagikan:

JAKARTA - Studio tato di seluruh Uni Eropa berada dalam krisis, seiring dengan pemberlakuan larangan banyak tinta populer oleh Uni Eropa mulai awal Januari lalu, dengan seniman menggambarkan seperti 'mengambil tepung dari toko roti'.

Seniman tato mengatakan alternatif untuk tinta, beberapa di antaranya telah beredar selama beberapa dekade, belum ada atau kekurangan pasokan, dan undang-undang tersebut memberikan pukulan bagi industri yang sudah terhuyung-huyung setelah penguncian COVID-19 berulang kali.

Undang-undang tersebut membatasi penggunaan bahan kimia tertentu yang menurut Uni Eropa berbahaya, beberapa di antaranya terkait dengan kanker, kesulitan reproduksi hingga iritasi kulit, dan yang terkandung dalam campuran tinta tato serta make-up permanen.

Undang-undang itu disepakati pada Desember 2020 tetapi industri diberi waktu satu tahun untuk menyesuaikan dan mencari alternatif.

Artis tato bintang Tin-Tin, yang mengepalai serikat industri tato Prancis SNAT, mengatakan kepada Reuters, aturan baru hanya akan mendorong orang ke panti yang tidak menghormati undang-undang tersebut.

"Konyol. Ini seperti mengambil tepung dari toko roti, bodoh sekali. Jika kita tidak punya warna atau tinta untuk dikerjakan, apa yang akan kita kerjakan?" ujarnya seperti mengutip Reuters 5 Januari.

Komisi Eropa mengatakan, produsen dan seniman memiliki waktu satu tahun untuk mempersiapkan dan alternatif ada, kecuali untuk dua pigmen tertentu, yang lebih banyak waktu diberikan untuk mencari pengganti.

Sementara, Badan Kimia Eropa, yang berada di balik penelitian tentang tinta, mengatakan setidaknya 12 persen dari 450 juta warga Uni Eropa, jadi setidaknya 54 juta orang, memiliki tato.

Uni Eropa bermaksud untuk menyelaraskan hukum di seluruh blok, dengan menetapkan batas konsentrasi maksimum untuk kelompok zat atau zat individu yang ditemukan dalam tinta.

Gwenaelle Reaume, sekretaris asosiasi Tattoo Belgia mengatakan, pandemi COVID-19 telah menunda penelitian dan produksi, meminta pemerintah untuk lebih banyak waktu.

Sementara studio salonnya telah memesan tinta dari pemasok baru yang disetujui tepat waktu, banyak jarum rekannya yang mengering, katanya. Namun, kliennya Anne Keyen mengatakan dia tidak terlalu khawatir tentang tato yang ada.

"Mereka memasukkan segala macam hal yang tidak baik untuk kesehatan dalam makanan, dan kemudian mereka mengejar tinta tato. Saya akui, sebagai orang yang bertato, saya tidak mengerti undang-undang ini," tandasnya.