Bagikan:

JAKARTA - Jenderal Marinir Amerika Serikat Frank McKenzie tiba di Uni Emirat Arab (UEA) pada Hari Minggu, untuk pembicaraan tentang upaya meningkatkan pertahanan negara Teluk, setelah serangkaian serangan rudal yang diluncurkan oleh pejuang Houthi di Yaman.

Dalam beberapa pekan terakhir, Houthi yang bersekutu dengan Iran telah melancarkan serangkaian serangan rudal yang sebagian besar gagal yang belum pernah terjadi sebelumnya pada target UEA, memicu pertahanan udara UEA dan AS memberikan respon.

Serangan-serangan itu menyoroti upaya-upaya pimpinan PBB yang sejauh ini gagal untuk menengahi perang di Yaman, yang sejak 2015 telah mengadu domba Houthi dengan koalisi militer pimpinan Arab Saudi yang mencakup UEA.

Jenderal McKenzie, yang mengawasi pasukan AS di Timur Tengah sebagai kepala Komando Pusat mengatakan, dia meningkatkan kunjungan yang direncanakan sebagai tanggapan atas serangan Houthi, berharap untuk menggarisbawahi komitmen AS untuk pertahanan negara Teluk.

"Saya pikir ini waktu yang sangat mengkhawatirkan bagi UEA. Mereka mencari dukungan. Kami di sini untuk membantu mereka memberikan dukungan itu," kata McKenzie kepada wartawan sesaat sebelum mendarat di Abu Dhabi, mengutip Reuters 6 Februari.

Awal bulan ini, Pentagon mengumumkan pengerahan jet tempur canggih F-22 AS dan kapal perusak peluru kendali, USS Cole, untuk bermitra dengan angkatan laut UEA menjelang kunjungan pelabuhan di Abu Dhabi.

uss cole
Kapal perang AS USS Cole (DDG-67). (Wikimedia Commons/U.S. Navy Photo)

Jenderal McKenzie mengatakan F-22 akan memberi UEA "salah satu radar pengintai terbaik di dunia," yang mampu mengidentifikasi target, termasuk rudal jelajah serangan darat dan drone.

USS Cole (DDG-67) akan beroperasi di perairan sekitar UEA, katanya, mengawasi pengiriman barang selundupan ilegal.

Militer AS sejauh ini menggambarkan dukungannya kepada Emirates sebagai bantuan bilateral dan defensif, yang bertentangan dengan bantuan apa pun kepada koalisi pimpinan Saudi itu sendiri.

Ditanya tentang serangan rudal Houthi terbaru, Jenderal McKenzie mengatakan mereka mungkin didorong oleh berbagai skenario, termasuk sebagai tanggapan terhadap kemunduran medan perang.

"Sulit untuk mengetahui semua alasan Houthi di balik ini. Saya pikir Houthi tidak terbiasa kalah di Yaman," ujarnya.

Perang di Yaman, yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan menyebabkan krisis kemanusiaan, secara luas dipandang sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran.

Washington menuduh Teheran memasok persenjataan canggih ke Houthi.

"Rudal balistik jarak menengah yang ditembakkan dari Yaman dan memasuki UEA tidak ditemukan, dibuat, dirancang di Yaman. Semua itu terjadi di tempat lain. Jadi saya pikir kita pasti melihat hubungan Iran dengan ini," tandasnya.