China Perketat Aturan COVID-19, AS Pertimbangkan Evakuasi Staf dan Keluarga dari Kedutaan Besar di Beijing
Ilustrasi Kedutaan Besar AS di Beijing, China. (Wikimedia Commons/Krokodyl)

Bagikan:

JAKARTA - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat sedang mempertimbangkan apakah akan mengizinkan diplomat dan keluarganya dari China, seiring ketidak mampuan Washington mencegah otoritas Beijing, membuat mereka tunduk pada tindakan pengendalian pandemi yang mengganggu, menurut sumber.

Dua sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan, Kedutaan Besar AS pada hari Senin telah mengirim permintaan ke Washington untuk penandatanganan resmi, ketika China meningkatkan protokol COVID-19 menjelang pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing yang tinggal kurang dari dua minggu lagi.

Sumber tersebut, yang berbicara kepada Reuters dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah ini menambahkan, beberapa staf kedutaan kesal karena Pemerintah AS tidak mau atau tidak dapat membebaskan pejabat Amerika dari tindakan karantina yang ketat.

Aturan tersebut mencakup kemungkinan masuk paksa ke klinik demam COVID dan pemisahan dari anak-anak.

Departemen Luar Negeri mengatakan kepada Reuters dalam sebuah pernyataan pada Hari Selasa, status operasi kedutaan dan konsulatnya di China tidak berubah.

"Setiap perubahan dalam status operasi seperti ini hanya akan didasarkan pada kesehatan, keselamatan dan keamanan kolega kami dan anggota keluarga mereka," kata juru bicara departemen, mengutip Reuters 26 Januari.

Sementara itu, Kementerian luar negeri China tidak segera membalas permintaan komentar terkait dengan kabar ini.

Seorang sumber mengatakan, hasil survei internal yang dilakukan Kedutaan Besar AS di China menunjukkan, 25 persen staf dan anggota keluarganya akan memilih untuk meninggalkan China sesegara mungkin.

Karantina rumah untuk diplomat harus menjadi persyaratan dasar, dan masuk ke klinik dan rumah sakit demam China harus bersifat sukarela, kata orang itu, seraya menambahkan Pemerintah AS seharusnya memberlakukan tindakan pembalasan untuk persyaratan tersebut tetapi gagal melakukannya.

Orang kedua mengatakan, kepemimpinan kedutaan telah gagal mendapatkan jaminan yang sesuai dari China tentang perlakuan diplomat AS selama pandemi.

Pada bulan-bulan awal pandemi, pemerintah AS mengevakuasi sekitar 1.300 diplomat AS dan anggota keluarga dari China, dan kedua pemerintah tetap menemui jalan buntu selama berbulan-bulan, karena prosedur pengujian dan karantina bagi para pejabat.

China mengharuskan diplomat asing untuk mematuhi aturan pengendalian pandemi seperti karantina dan pengujian pada saat kedatangan, meskipun beberapa utusan asing tidak harus memasuki hotel karantina yang ditunjuk pemerintah.

Diketahui, China dengan cepat meningkatkan langkah-langkah untuk memblokir penyebaran COVID lebih lanjut jelang pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing pada 4 Februari, meskipun wabah virus terus berlanjut di seluruh kota.

Sementara, tabloid nasionalis China, Global Times, menyebut pertimbangan Departemen Luar Negeri AS atas kebijakan tersebut sebagai "trik kotor" yang dimaksudkan untuk mengganggu tuan rumah Olimpiade China.

Untuk diketahui, Amerika Serikat telah memimpin beberapa negara sekutu dan mitra dalam boikot diplomatik Olimpiade, terkait apa yang dikatakan sebagai genosida berkelanjutan Pemerintah China terhadap Uyghur dan kelompok Muslim lainnya di wilayah barat Xinjiang.