Maruli Simanjuntak Respons Anggapan Dirinya Jadi Pangkostrad karena Dekat dengan Istana juga Menantu Luhut Pandjaitan
Maruli Simanjuntak/FOTO: Dafi-VOI

Bagikan:

DENPASAR - Pangdam IX/Udayana Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Maruli Simanjuntak dipilih menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad). Maruli merespons anggapan sejumlah pihak yang menyebut dirinya terpilih menjadi Pangkostrad karena dekat dengan Istana juga berstatus menantu Luhut Pandjaitan. 

“Apa salah kalau saya dekat (istana)? Yang mengangkat saya bukan saya sendiri. Jadi saya terus terang (secara) pribadi, saya tahu persis Presiden (Jokowi) itu bagaimana bekerjanya, kebetulan saya bertahun-tahun dengan beliau," kata Maruli Simanjuntak kepada wartawan di Denpasar, Bali.

"Saya rasa, kalau saya harus bicara tentang jabatan saya ke beliau (Presiden). Saya tidak tega lagi, kalau lihat cara kerja beliau gitu. 

Jadi saya sama sekali tidak ada satu kata pun mau jadi apa. Saya dikasih di Pangdam Udayana saya tidak tahu dulu. Mau jadi Pangkostrad pun saya tidak tahu dulu. Saya tidak pernah terucap untuk mengatakan itu, jadi kalau ada tanggapan begitu iya silahkan saja. Saya bekerja saja," papar Maruli.

Dia juga merespons dugaan terpilih dirinya karena berstatus menantu Luhut Pandjaitan, Menko Marves. 

“Saya tolak juga berkaitan (dengan Luhut Binsar Panjaitan) bagaimana coba? Kami tidak begitu, saya pikir juga kenapa mesti menginginkan satu tanggung jawab tinggi-tinggi, tanggung jawabnya besar, mengerjakan-mengerjakan seperti itu. Saya harus melalui lagi, menata dan segala macam. Saya kalau pribadi enak di Bali bisa sunset, kemarin lima hari sunset saya hilang kan rugi," tutur Maruli.

Dia berharap semua pihak menilai pemilihan Pangkostrad tanpa dibumbui dugaan politis.

“Kalau saran saya kalau mau jadi pengamat amatilah dengan baik, bagaimana track recordnya, sehingga kalau berbicara enak. Tapi kalau dari jauh mengamatinya oh ya sudahlah itu memang dekat. Jadi saran saya itu diamanti track recordnya, ini anak bagiamana ini, atau mungkin survei banyak di anggotanya bagaimana, dia bikin apa, dia bagaimana. Jadi, itu baru namanya pengamat," ujar Maruli.