JAKARTA - Amerika Serikat (AS) pada Minggu memerintahkan kepergian anggota keluarga staf di kedutaan besarnya di Ukraina, dengan alasan berlanjutnya ancaman aksi militer dari Rusia.
Selain itu, Departemen Luar Negeri AS juga mengizinkan kepergian sukarela pegawai pemerintah AS, mengatakan orang Amerika harus mempertimbangkan untuk segera pergi.
"Kami telah berkonsultasi dengan pemerintah Ukraina tentang langkah ini dan berkoordinasi dengan kedutaan Sekutu dan mitra di Kyiv saat mereka menentukan sikap mereka," sebut pihak kedutaan, mengutip Reuters 24 Januari.
Rusia telah mengumpulkan pasukan di dekat perbatasan dengan Ukraina yang memicu ketegangan dengan kekuatan Barat. Sementara, Moskow bersikeras tidak memiliki rencana untuk menyerang.
Kedutaan Besar AS di Kyiv memperingatkan dalam sebuah pernyataan, "aksi militer oleh Rusia bisa datang kapan saja, dan pemerintah Amerika Serikat tidak akan berada dalam posisi untuk mengevakuasi warga Amerika dalam keadaan darurat seperti itu, jadi warga AS yang saat ini berada di Ukraina harus merencanakan dengan tepat."
Sementara itu, Departemen Luar Negeri juga mengatakan pihaknya mengesahkan "keberangkatan sukarela dari karyawan perekrutan langsung AS." Malam harinya, pihak kementerian mengeluarkan kembali nasihatnya yang memperingatkan orang Amerika untuk tidak bepergian, dengan alasan "ketegangan yang sedang berlangsung di sepanjang perbatasan dengan Ukraina."
Pihak kementerian juga menambahkan, "mengingat volatilitas situasi yang sedang berlangsung, warga AS sangat disarankan untuk tidak melakukan perjalanan darat dari Rusia ke Ukraina melalui wilayah ini."
Kendati demikian, pejabat Departemen Luar Negeri menolak untuk mengatakan berapa banyak orang Amerika yang saat ini diyakini berada di Ukraina.
Kedutaan Besar AS di Ukraina mengatakan, keputusan itu dibuat "dengan sangat berhati-hati, karena upaya Rusia yang berkelanjutan untuk mengacaukan negara dan merusak keamanan warga Ukraina, serta orang lain yang mengunjungi atau tinggal di Ukraina."
Meski begitu, Kedutaan Besar AS di Kyiv terus beroperasi dan Kuasa Usaha Kristina Kvien tetap berada di Ukraina, kata pejabat Departemen Luar Negeri.
Sementara itu, The New York Times melaporkan Minggu malam, Presiden Joe Biden sedang mempertimbangkan untuk mengerahkan beberapa ribu tentara AS ke sekutu NATO di Eropa Timur dan Baltik.
BACA JUGA:
Pentagon menolak untuk mengomentari laporan New York Times, tetapi mencatat juru bicara Pentagon John Kirby pada Hari Jumat mengatakan, "kami akan memastikan memiliki opsi yang siap untuk meyakinkan sekutu kami, terutama di sayap timur NATO."
"Jika ada serangan lain dan jika mereka membutuhkan jaminan itu, jika mereka membutuhkan kemampuan untuk didukung, kami akan melakukan itu dan kami akan memastikan bahwa kami, bahwa kami siap untuk melakukan itu," tegas Kirby.
Untuk diketahui, diplomat AS dan Rusia tidak membuat terobosan besar dalam pembicaraan yang digelar pada Hari Jumat di Jenewa, Swiss.