JAKARTA - Ukraina menerima pengiriman senjata dari Amerika Serikat (AS) yang terbagi dalam dua gelombang selama akhir pekan, di tengah ketegangan yang meningkat dengan Rusia dan Menteri Luar Negeri AS mengeluarkan peringatan.
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan pada Hari Minggu, negara itu telah menerima pengiriman senjata kedua dari Amerika Serikat sebagai bagian dari bantuan pertahanan senilai 200 juta dolar AS ata setara Rp2.860.550.000.000
Pengiriman ini tidak terlepas dari pernyataan Washington yang akan terus mendukung Ukraina di tengah kekhawatiran di Kyiv dan di antara sekutu Baratnya, seirig dengan kehadiran puluhan ribu tentara Rusia di perbatasan dengan Ukraina. Rusia membantah tegas merencanakan penyerangan militer.
"Pengiriman kedua di Kyiv! Lebih dari 80 ton senjata untuk memperkuat kemampuan pertahanan Ukraina dari teman-teman kita di AS! Dan ini bukan akhir," tulis Reznikov di Twitter, mengutip Reuters 24 Januari.
Sehari sebelumnya, sekitar 90 ton bantuan keamanan 'mematikan', termasuk amunisi, dari paket yang disetujui oleh AS pada Bulan Desember tiba di ibukota Ukraina pada Hari Sabtu.
Pengiriman itu menyusul kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Kyiv minggu ini, di tengah kekhawatiran dari Kyiv dan sekutu Baratnya atas puluhan ribu tentara Rusia yang dikumpulkan di perbatasan dengan Ukraina. Rusia membantah merencanakan serangan militer baru.
"Amerika Serikat akan terus memberikan bantuan semacam itu untuk mendukung Angkatan Bersenjata Ukraina dalam upaya berkelanjutan mereka untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina melawan agresi Rusia," sebutnya di Facebook, berterima kasih kepada Amerika Serikat atas bantuan tersebut.
BACA JUGA:
Minggu pagi, Menteri Luar Negeri Antony Blinken memperkuat peringatannya terhadap invasi Rusia ke Ukraina, dengan mengatakan "satu pasukan tambahan Rusia" yang memasuki Ukraina "dengan cara yang agresif" akan menghasilkan tanggapan keras oleh AS dan sekutunya.
"Jika satu pasukan tambahan Rusia masuk ke Ukraina dengan cara yang agresif, seperti yang saya katakan, itu akan memicu respons yang cepat, keras, dan bersatu dari kami dan dari Eropa," tegas Menlu Blinken kepada Dana Bash dari CNN di 'State of the Union', seperti dikutip.