Menlu Ukraina Sebut AS Janjikan Lebih Banyak Bantuan untuk Hadapi Rusia
Menlu Ukraina Dmytro Kuleba. (Wikimedia Commons/Едуард Крижанівський)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan pada Hari Selasa, koleganya Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken telah menawarkan negaranya lebih banyak dukungan dalam bentuk sanksi dan senjata, di tengah invasi Rusia.

"Dalam pembicaraan kami, Menteri Blinken menegaskan dukungan AS untuk Ukraina tetap tak tergoyahkan," kata Menlu Kuleba di Twitter, seperti melansir Reuters 1 Maret.

"Saya menggarisbawahi bahwa Ukraina mendambakan perdamaian. Tetapi, selama kami berada di bawah serangan Rusia, kami membutuhkan lebih banyak sanksi dan senjata. Menteri Blinken meyakinkan saya akan keduanya. Kami mengoordinasikan langkah lebih lanjut," sambung Kuleba.

Diketahui, Washington telah menerapkan serangkaian sanksi bersama dengan sekutu Barat lainnya untuk membatasi akses Rusia ke dana, investasi, atau teknologi luar negeri sebagai pembalasan atas invasinya ke Ukraina.

Sebelumnya, Amerika Serikat telah mengirimkan sejumlah senjata untuk Ukraina yang diambil dari cadangan persenjataannya pada musim gugur 2021 dan pada Bulan Desember lalu.

Pada Jumat pekan kemarin, Presiden Biden menginstruksikan Departemen Luar Negeri untuk melepaskan senjata tambahan untuk Ukraina senilai kurang lebih 350 juta dolar AS dari cadangan persenjataan AS.

Kendati demikian, Washington dengan tegas menolak permintaan Ukraina agar Barat memberlakukan zona larangan terbang untuk melindungi Ukraina dari serangan udara Rusia, sebuah langkah yang akan membawa pasukan Barat ke dalam konflik langsung dengan militer Rusia.

Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan kepada wartawan, menerapkan zona larangan terbang akan menjadi langkah untuk mengirim pasukan AS untuk melawan Rusia.

"Zona larangan terbang akan membutuhkan implementasi," katanya, menambahnya akan membutuhkan "pengerahan militer AS untuk menegakkan, yang akan berpotensi konflik langsung, dan berpotensi perang dengan Rusia, yang merupakan sesuatu yang tidak kita rencanakan untuk menjadi bagian dari itu."