JAKARTA - Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, mencatat 3.874 anak di daerah itu mengalami masalah kekerdilan sehingga membutuhkan penanganan secara optimal.
"Berdasarkan rakor Oktober 2021 lalu, kasus kekerdilan di Sikka pada posisi 18,2 persen atau masih sekitar 3.874 anak stunting yang tersebar di 21 kecamatan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus dalam keterangan yang diterima di Kupang, Antara, Kamis, 6 Januari.
Jumlah kasus kekerdilan di Sikka, kata dia, tercatat terus menurun jika dibandingkan dengan sebelumnya pada 2020 sebesar 19,6 persen atau sekitar 4.100 anak. Saat ini, pihaknya tengah mempersiapkan pengukuran kembali kasus kekerdilan pada Februari 2022.
Menurut dia, pemerintah kabupaten bersinergi dengan pemerintah desa untuk terus melakukan langkah-langka menurunkan kasus kekerdilan pada anak.
Berdasarkan analisis pembiayaan, dari 160 desa/kelurahan di Sikka, terdapat 147 desa yang telah menyediakan anggaran Dana Desa untuk penanganan kekerdilan.
BACA JUGA:
Di 13 kelurahan, kata dia, telah dialokasikan dana insentif daerah pada 2022 sebesar Rp900 juta untuk penanganan sekitar 150 anak yang mengalami kekerdilan.
Pihaknya menerapkan "metode kolombia" dalam penanganan kasus kekerdilan yaitu melalui intervensi asupan gizi makanan bagi anak usia di bawah dua tahun dengan telur ayam sebagai sumber protein utama.
"Jadi pada Februari nanti anak-anak stunting kami tangani dengan 'metode kolombia', secara berkelanjutan hingga dievaluasi kembali pada Agustus," katanya.
Pihaknya terus mengawal penanganan kekerdilan di desa-desa melalui 25 puskemas yang dilengkapi dengan petugas yang melaksanakan pemberian gizi makanan dan memantau perkembangan anak.