KUPANG - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menyebutkan, jumlah anak yang masih mengalami kekerdilan di daerah itu mencapai 13.629 orang dari 77.000 orang anak yang menderita kekerdilan di 22 kabupaten/kota di NTT.
"Melalui kerja keras yang dilakukan pemerintah NTT, angka kekerdilan anak mengalami penurunan dari 77.000 anak pada 2018 turun menjadi 13.629 orang anak pada Desember 2022 ," kata Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat dalam keterangan tertulis Bagian Protokol dan Administrasi Pimpinan Setda Provinsi NTT yang diterima di Kupang, Antara, Kamis, 19 Januari.
Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan hal itu terkait adanya instruksi Presiden Joko Widodo agar pemerintah daerah terus melakukan upaya dalam mengendalikan angka kekerdilan atau stunting.
Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan, upaya penanganan kekerdilan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur lebih difokuskan pada ketersediaan makanan bergizi untuk kebutuhan anak-anak balita yang sedang dalam proses pertumbuhan guna mencegah terjadinya kekerdilan.
Ia mengatakan, pada saat dilantik sebagai Gubernur NTT bersama Wakil Gubernur Josef A Nae Soi pada 2018 jumlah anak yang mengalami kekerdilan di NTT tercatat 77.000 orang anak, namun melalui berbagai intervensi program pemberdayaan ekonomi dan pemberian makanan tambahan bagi anak-anak, angka itu terus menurun.
"Penurunan jumlah anak yang mengalami kekerdilan itu merupakan bukti kerja keras dan semangat kerja sama antara Pemerintah baik provinsi maupun kabupaten/kota bersama pihak terkait seperti TNI/Polri dan masyarakat yang terus melakukan berbagai upaya penanganan kekerdilan anak," kata Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat.
BACA JUGA:
Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat mendorong masyarakat NTT untuk menanam tanaman kelor yang memiliki kandungan gizi untuk diberikan kepada ibu-ibu hamil dan anak-anak yang sedang dalam proses pertumbuhan guna mencegah kekerdilan atau stunting.