Kue Mochi Maut di Tokyo Kembali Makan Korban Setiap Pergantian Tahun
Photo by Minh Anh Nguyen on Unsplash

Bagikan:

JAKARTA - Makanan ini mungkin sering kalian konsumsi. Mochi, kue tradisional asal Jepang yang terbuat dari beras ketan, ditumbuk sehingga lembut dan lengket, kemudian dibentuk menjadi bulat. Tapi setiap pergantian tahun, polisi selalu ketakutan dengan makanan ini.

Di Jepang, kue ini sering dibuat dan dimakan pada saat perayaan tradisional mochitsuki atau perayaan tahun baru Jepang. Kue ini dijual dan dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko kue. Mochi memiliki rasa yang khas, yaitu lembut saat pertama kali dimakan dan lama kelamaan menjadi lengket.

Tapi kue mochi ini ternyata berbahaya. Setidaknya bagi para lansia yang masih doyan mengonsumsinya.

Bayangkan saja, dalam pergantian tahun 2022, dua wanita berusia 80-an meninggal dunia. Sedangkan empat orang lainnya berusia antara 88 dan 100 dibawa ke rumah sakit Sabtu 1 Januari setelah mereka semua tersedak mochi, seperti dikutip dari Japan Today.

Salah satu wanita, 88, tersedak mochi di rumahnya sekitar pukul 8 pagi dan dibawa ke rumah sakit di mana dia dinyatakan meninggal.

Setiap tahun sebelum liburan Tahun Baru, Badan Kepolisian Nasional dan Api dan Badan Penanggulangan Bencana mendesak orang tua untuk berhati-hati ketika makan lengket mochi kue beras. Pihak berwenang telah menyarankan orang untuk memotong mochi mereka menjadi potongan-potongan kecil dan memakannya dengan sangat hati-hati, dan di hadapan orang lain.

Dikutip dari The Strait Times, tahun 2018 lalu, ada 15 orang berusia antara 55 dan 90 dibawa ke rumah sakit di Tokyo setelah tersedak kue mochi. Yang sedih, dua di antaranya meninggal.

Tiga belas dari mereka berusia 70-an atau lebih, menurut kantor berita Kyodo. Departemen Pemadam Kebakaran Tokyo mengatakan dua orang yang tewas adalah seorang pria berusia 50-an dan satu lagi berusia 80-an. Tujuh orang lainnya berada dalam kondisi kritis ketika mereka tiba di rumah sakit.

Setiap tahun makanan ringan yang kenyal ini merenggut beberapa nyawa di Jepang, memicu peringatan tahunan dari para pejabat. Selama 10 tahun terakhir, menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang, sebagian besar dari mereka yang meninggal adalah warga lanjut usia.