JAKARTA - Pemimpin umat Katolik Myanmar menuai kritik pada Hari Jumat, setelah muncul foto dirinya sedang memotong kue Natal dengan pemimpin rezim militer, setelah serangkaian kekerasan serangan terhadap warga sipil, termasuk gereja.
Uskup Agung Myanmar Kardinal Charles Maung Bo bertemu Jenderal Senior Min Aung Hlaing pada Hari Kamis untuk mendengarkan lagu-lagu Natal dan berbicara tentang urusan damai dan sejahtera, sebut media setempat mengutip CNA dari AFP 24 September.
Kardinal Bo yang ditahbiskan menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus pada tahun 2015, kemudian mengunggah foto dari pertemuan tersebut di akun Twitter-nya, menunjukkan keduanya bersama-sama memotong kue Natal.
Satu foto yang diterbitkan oleh media pemerintah menunjukkan mereka duduk bersama di depan pohon Natal, sementara yang lain menunjukkan Min Aung Hlaing menyerahkan sumbangan sebesar 20 juta kyat (11.200 dolar AS).
"Ketika gereja-gereja Kristen dibakar, bahkan dia (Bo) menerima untuk bertemu dengannya (Min Aung Hlaing)," seorang pengguna memposting di media sosial di bawah laporan pertemuan mereka.
"Orang-orang tidak boleh pergi dan berdoa di tempat dia tinggal."
"Ini tidak mewakili orang Katolik. Mengapa kamu memotong kue dengan pembunuh seperti itu?" tulis yang lain.
Sementara itu mengutip Global New Light of Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing menghadiri upacara harapan Natal bersama untuk menandai Natal 2021 di rumah Kardinal Charles Bo, Uskup Agung Keuskupan Agung Katolik Yangon, dekat Katedral St. Mary di Kotapraja Botahtaung, Wilayah Yangon kemarin malam .
Turut hadir pada upacara tersebut adalah anggota SAC Laksamana Tin Aung San, Jenderal Maung Maung Kyaw dan Letnan Jenderal Moe Myint Tun, Sekretaris Gabungan Lt-Jen Ye Win Oo, Menteri Persatuan, perwira militer senior dari Kantor Panglima. Ketua, kepala menteri Wilayah Yangon, Komandan Komando Yangon, walikota, Kardinal Charles Bo, Uskup Agung Keuskupan Agung Yangon dan pejabat, biarawati Katolik, tim pemuda Katolik dan tetua kota Kristen.
Jenderal Senior dan partainya disambut oleh Kardinal dan para pejabat. Kemudian, Jenderal Senior dan Kardinal mengadakan pertemuan terpisah untuk membicarakan urusan damai dan sejahtera.
Untuk diketahui, Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintah Aung San Suu Kyi pada Februari, dengan lebih dari 1.300 orang tewas dalam tindakan keras terhadap perbedaan pendapat menurut kelompok pemantau lokal.
BACA JUGA:
Milisi anti-kudeta bermunculan di seluruh negeri untuk melawan junta, dengan beberapa pertempuran paling berdarah terjadi di daerah mayoritas Kristen. Sementara, Amerika Serikat mengatakan pada Oktober bahwa pihaknya "sangat prihatin" tentang laporan bahwa pasukan keamanan telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan menghancurkan lebih dari 100 rumah serta gereja di negara bagian Chin yang mayoritas beragama Kristen.
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus menyatukan situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan tautan ini.