Penelitian Buktikan Virus Flu Bisa Menyebar Lewat Debu, Bagaimana dengan COVID-19?
Ilustrasi (Unsplash/Austin Ban)

Bagikan:

JAKARTA - Virus seperti influenza tak hanya menyebar melalui percikan atau droplets. Penelitian terbaru mengungkap transimisi virus itu juga mungkin bisa melalui debu dan partikel mikroskopis lainnya. Lalu bagaimana dengan COVID-19?

Diketahui orang bisa menularkan virus pernapasan seperti penyebab flu dan COVID-19 hanya dengan berbicara, batuk, dan bersin. Selain itu, permukaan yang terkontaminasi virus yang disebut fomites, juga dapat menjadi media penularan saat orang menyentuhnya, lalu ia menyentuh hidung atau mulutnya. 

Sekarang penelitian baru menunjukkan bahwa partikel debu yang terkontaminasi virus juga dapat menyebarkan virus pernapasan semacam itu. Hal tersebut dijelaskan oleh penelitian dari ahli yang melakukan penelitian pada marmut.

“Penelitian kami menunjukkan bahwa ada cara penularan (virus) yang kurang diamati,” kata William Ristenpart, seorang ilmuwan kimia di University of California, Davis dikutip Science News. Meskipun penelitian tersebut tidak spesifik menyebutkan virus corona baru, namun tak menutup kemungkinan dapat berimplikasi pada virus tersebut, kata Ristenpart.

Butuh penelitian lebih lanjut untuk membuktikan apakah virus corona baru dapat menyebar lewat debu. Mereka juga masih memperdebatkan seberapa kecil droplets hingga bisa menyebar lewat udara atau yang biasa disebut aerosol.

Salah satu virus yang pasti bisa menyebar lewat udara adalah hentavirus. Virus yang menyebabkan penyakit pernapasan mematikan yang berasal dari hewan pengerat. Namun virus itu tidak menular dari orang ke orang.

Cara transimisi

Dalam penelitian tersebut, Ristenpart dan tim sebelumnya menginfeksi marmut dengan virus influenza. Dua hari kemudian, tim menemukan virus influenza menyebar di kandang, bulu, telinga, dan kaki marmut. 

Dari pengamatan tersebut, marmut yang terinfeksi tidak batuk atau bersin. Sehingga kemungkinan besar virus menyebar saat hewan pengerat itu membersihkan diri, menggosok hidung, atau bergerak di sekitar kandang.

Percobaan selanjutnya peneliti memasukkan marmut yang terkontaminasi virus ke dalam kandang yang berisi hewan sehat. Dari situ diketahui satu-satunya cara untuk menyebarkan virus dari satu hewan ke hewan lainnya adalah melalui debu yang membawa virus. 

Dari 12 marmut yang ada di kandang, tiga terinfeksi. Sehingga studi tersebut menjelaskan hewan yang terinfeksi telah tertular dari debu atau bulu yang bertebaran. Namun Ristenpart mengatakan "Bukan berarti semua debu dapat menularkan virus."

Sementara itu dalam kehidupan manusia, debu bisa saja berasal dari tisu bekas, seprai, atau selimut. Benda lainnya yang memungkinkan di antaranya alat pelindung diri atau masker kain. Dalam studi pendahuluan yang belum ditinjau oleh peneliti lain, Ristenpart dan timnya menemukan bahwa masker buatan sendiri dapat melepaskan partikel sangat kecil saat orang bernapas, menjadikannya sumber potensial untuk debu pembawa virus.

Tidak jelas apa arti hasil tersebut bagi penularan virus pernapasan antar-manusia. Meskipun ada kemungkinan bahwa debu tersebut atau sebutan lainnya aerosolized fomites dapat menyebarkan influenza. Namun manusia baru bisa tertular virus jika benar-benar menghirup virus tersebut, kata Julian Tang, ahli virologi di University of Leicester, Inggris. 

Debu dari tempat marmut berada mungkin jauh lebih mudah menyebar daripada debu dari peralatan pelindung pribadi atau seprai. "Saya benar-benar tidak yakin bahwa pada manusia, rute aerosolisasi fomite ini akan memainkan peran penting apa pun," kata Tang.