Bagikan:

JAKARTA - Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador mengikuti jejak Presiden Filipina, Rodrigo Duterte yang ingin menjadi kelinci percobaan uji coba vaksin buatan Rusia. Keinginan tersebut muncul seiring meningkatnya kepercayaan terhadap vaksin rusia yang diyakini dapat memutus mata rantai penyebaran COVID-19.  

“Saya akan menjadi orang pertama yang divaksinasi,” kata Lopez Obrador dikutip Reuters. Alasan lain kenapa ia ingin melakukan hal tersebut adalah karena meningkatkan kasus COVID-19 di Meksiko. 

Sejauh ini Meksiko telah mengonfirmasi 525.733 kasus penularan COVID-19 sementara 57.023 orang meninggal. Untuk memutus rantai kasus, negara tersebut setidaknya butuh 200 juta dosis vaksin.

Meski mengharapkan vaksin dari negara lain, Meksiko tetap berusaha membuat vaksin sendiri. Pemerintah negara ini telah menjalin kerja sama dengan perusahaan farmasi AstraZeneca Pic untuk memproduksi vaksin massal. 

Mereka berencana akan mempercepat uji coba vaksin fase ketiga. Jika cepat selesai, vaksin akan hadir pada April tahun depan. 

Sementara itu vaksin Rusia bernama Sputnik V yang diklaim sebagai yang pertama di dunia ini diragukan banyak pihak. Vaksin ini menimbulkan keraguan karena uji klinisnya dilakukan selama kurang dari dua bulan. 

Beberapa ilmuwan dunia juga menyatakan keraguannya terhadap vaksin Rusia. Mereka menganggap vaksin yang diambil dari nama satelit pertama di dunia ini hanya mementingkan pamor semata dibanding keselamatan umat manusia.