JAKARTA - Israel berada di tengah gelombang kelima COVID-19 karena varian Omicron, Perdana Menteri Naftali Bennett mengatakan pada Hari Minggu, mendesak warga untuk meningkatkan vaksinasi dan mengambil tindakan pencegahan seperti bekerja dari rumah.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, PM Bennett mengatakan Israel telah mengulur waktu dengan bergerak cepat untuk membatasi perjalanan, ketika varian Omicron pertama kali terdeteksi bulan lalu. Tetapi, ini sekarang berkurang, dengan Dia memperkirakan gelombang penyakit dalam beberapa minggu.
Sebelumnya pada Hari Minggu, komite penasihat Kementerian Kesehatan merekomendasikan agar Israel menambahkan Amerika Serikat ke daftar negara "merah" yang warganya tidak dapat terbang tanpa izin khusus. PM Bennett tidak menyebutkan ukuran ini dalam pidatonya.
Diketahui, Israel telah mencatat 134 kasus Omicron yang dikonfirmasi dan 307 kasus dugaan lainnya, kata Kementerian Kesehatan. Dari jumlah tersebut, 167 adalah gejala, sebut pihak kementerian.
"Waktu yang kita beli hampir habis. Jumlahnya masih belum tinggi tetapi ini adalah varian yang sangat menular, menggandakan dirinya sendiri setiap dua-tiga hari, seperti yang kita lihat di seluruh dunia. Bisa dikatakan bahwa gelombang kelima telah dimulai," ujar PM Bennett mengutip Reuters 20 Desember.
Dalam tanggapan pertama yang cepat terhadap varian Omicron, yang pertama kali terdeteksi di Afrika selatan dan Hong Kong, Israel melarang masuknya orang asing pada 25 November. Israel juga telah memberlakukan perintah karantina tiga hingga 14 hari untuk orang Israel yang kembali dari luar negeri.
BACA JUGA:
Tetapi, PM Bennett juga mendapat kecaman domestik karena liburan ke luar negeri yang dilakukan istri dan anak-anaknya, setelah dia mendesak warga Israel untuk menghindari perjalanan semacam itu.