JAKARTA - Paus Fransiskus mengatakan pria yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap wanita, terlibat dalam sesuatu yang 'hampir seperti setan'.
Dia membuat komentar, beberapa bahasa terkuat yang dia gunakan untuk mengutuk kekerasan seperti itu, selama program yang disiarkan pada Minggu malam di jaringan TG5 Italia, di mana dia berbicara dengan tiga wanita dan seorang pria, semuanya dengan latar belakang yang sulit.
"Jumlah perempuan yang dipukuli dan dianiaya di rumah mereka, bahkan oleh suaminya, sangat, sangat tinggi," kritik Paus Fransiskus menjawab pertanyaan seorang perempuan bernama Giovanna, korban kekerasan dalam rumah tangga, mengutip Reuters 20 Desember
"Masalahnya, bagi saya, itu hampir setan karena memanfaatkan orang yang tidak bisa membela diri, yang hanya bisa (mencoba) memblokir pukulan," katanya. "Ini memalukan. Sangat memalukan," tegasnya.
Giovanna mengatakan, dia memiliki empat anak untuk dirawat setelah mereka melarikan diri dari rumah yang penuh kekerasan.
Sejak pandemi COVID-19 dimulai hampir dua tahun lalu, Paus Fransiskus telah beberapa kali berbicara menentang kekerasan dalam rumah tangga, yang meningkat di banyak negara sejak penguncian membuat banyak wanita terjebak dengan pelakunya.
Angka polisi yang dirilis bulan lalu menunjukkan, ada sekitar 90 episode kekerasan terhadap perempuan di Italia setiap hari dan 62 persen adalah kasus kekerasan dalam rumah tangga.
Lebih jauh Paus mengatakan, wanita yang dipukuli dan dilecehkan tidak kehilangan martabat mereka.
"Saya melihat martabat dalam diri Anda karena jika Anda tidak memiliki martabat, Anda tidak akan berada di sini," ucapnya kepada Giovanna.
Beralih ke contoh lain dari kesengsaraan manusia, dia mendengarkan seorang wanita tunawisma berbicara tentang kehidupan di jalan dan seorang pria yang mencoba untuk bangkit kembali setelah 25 tahun di penjara.
BACA JUGA:
Diketahui, Paus Fransiskus telah mendirikan layanan di daerah sekitar Vatikan untuk memberikan perawatan kesehatan tunawisma, mandi dan fasilitas potong rambut di Roma.
Pada tahun 2020, ketika sebuah palazzo tak jauh dari Lapangan Santo Petrus yang dulunya sebuah biara menjadi kosong, dia memerintahkannya untuk diubah menjadi tempat penampungan tunawisma, menolak saran bahwa itu akan diubah menjadi hotel mewah.