Bagikan:

JAKARTA - Singapura mengalami kontraksi ekonomi yang semakin parah pada kuartal kedua hingga menyebabkan resesi. Kemudian yang terbaru, Inggris juga resmi masuk ke jurang resesi.

Sejumlah negara kini mewaspadai hal yang sama. Apakah Indonesia menjadi negara selanjutnya?

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, ada kemungkinan Indonesia terperosok ke jurang resesi pada kuartal ketiga. Namun pihaknya berupaya sekeras tenaga agar Indonesia tak mengalami resesi menyusul Inggris.

"Kemungkinan resesi itu ada saja, tapi kita juga harus optimistis. Kalau sekarang minus 5,32 persen, sekarang kita kerja keras betul-betul, kalau bisa nol atau tumbuh 0,5 persen," katanya, dalam Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional Rakerkonas APINDO 2020, Jakarta, Kamis, 13 Agustus.

Seperti diketahui, pada kuartal kedua tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi atau minus 5,32 persen. Indonesia akan dinyatakan masuk jurang resesi jika mengalami minus selama dua kuartal berturut-turut atau lebih. Artinya, jika kuartal III 2020 minus kembali terjadi maka Indonesia resmi resesi.

Luhut berujar, ada tiga jurus yang dapat dilakukan pemerintah agar Indonesia terbebas dari resesi, yakni penggunaan APBN, stimulus, dan keinginan investor lokal untuk berinvestasi.

Lebih lanjut, Luhut berharap, para pengusaha domestik untuk tak ragu menanamkan modalnya di Tanah Air. Karena dengan cara ini, Indonesia bisa mengikuti jejak China yang lolos dari resesi.

"APBN, stimulus, domestik investor. Teman-teman jangan ragu, kalau ada masalah beri tahu kami, pasti kami bantu," tuturnya.

Luhut mengaku masih percaya diri tren pemulihan ke depan akan lebih baik. Pasalnya, dari sisi investasi asing langsung (FDI), angkanya masih cukup tinggi. Ia juga menyebut salah satu investor bahkan telah mengumumkan investasi terbaru di bidang pengembangan baterai listrik senilai 2,6 miliar dolar AS.

"Jadi saya sangat confidence kita ini akan tetap makin baik ke depan. Kalau ada yang tidak confidence, saya kira itu mungkin agak sakit juga," ucapnya.

Sementara itu, Luhut juga mengklaim, bahwa rata-rata jumlah pasien COVID-19 yang sembuh telah mencapai 65 persen. Tingkat kesembuhan di Bali, yang baru-baru ini kembali dibuka pariwisatanya, bahkan disebutnya telah mencapai 85 persen.

"Vitality rate sudah turun ke 4,5 persen. Saya lihat ini angkanya bagus. Karena pemulihan ekonomi dan penanganan pandemi harus dilakukan beriringan," katanya.