JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, banyak hal aneh yang sering dibuat Indonesia. Salah satunya, dalam penanganan COVID-19, Indonesia mengembangkan obat herbal sebagai senjata melawan virus tersebut.
Menurut Luhut, obat herbal ini tidak dipercaya khasiatnya oleh orang asing. Padahal, herbal merupakan kearifan lokal yang menjadi andalan Indonesia.
"(Obat herbal) seperti ini yang tidak dihitung orang asing. Itu bahwa di Indonesia banyak hal-hal aneh malah dibuat dan disebut kita membohongi. Padahal ya itu kearifan lokal, suka-suka dia," katanya, dalam Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional Rakerkonas APINDO 2020, Jakarta, Kamis, 13 Agustus.
Salah satu produk herbal yang digunakan untuk penanganan pasien COVID-19 adalah jus manggis yang di produksi pemerintah daerah Surabaya. Minuman herbal ini, diklaim dapat menyembuhkan ribuan orang yang terpapar virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China.
Kemudian, pemerintah daerah Bali yang mengembangkan hal yang sama dengan yang dilakukan di Surabaya. Bali menggunakan arak, dan diklaim dapat menyembuhkan COVID-19.
"Gubernurnya mengatakan ada herbal daerah. Minum arak dari mereka. Entah benar atau tidak, saya dukung saja," ucapnya.
Sembuh setelah Minum Arak Bali
Sebelumnya, Gubernur Bali I Wayan Koster mengungkapkan, banyak pasien positif COVID-19 dapat sembuh setelah mengonsumsi arak Bali. Koster mengklaim hampir 80 persen pasien sembuh dengan treatment ini.
BACA JUGA:
Awal mula ditemukan minuman herbal ini, kata Koster, yaitu ketika dirinya menugaskan seorang peneliti untuk membuat sebuah ramuan. Bahan pokok yang digunakan untuk membuat ramuan itu adalah arak Bali.
Bahan dasar herbal dan campuran lainnya ini kemudian diuji coba secara bertahap. Dibuat ramuannya menggunakan selain arak dengan ekstrak daun jeruk purut.
Ramuan itu juga diberikan minyak kayu putih supaya aromanya bagus. Menurut dia, minyak kayu putih itu hanya untuk aromanya saja. Namun untuk konten utama menangani virus, digunakanlah arak.
Melalui cara ini, Koster mengatakan, sudah banyak pasien yang bisa disembuhkan. Waktu yang diperlukan untuk proses penyembuhan inipun tergolong sangat singkat.
Selama dua hari dilakukan treatment tersebut kepada pasien positif, saat hari ketiga dilakukan di-swab test hasilnya negatif dan sembuh.