Nawawi Pomolango: Bagi Saya, Penindakan Adalah Model Pencegahan Korupsi Terbaik
Diskusi panel yang dihadiri Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango (Foto: Humas KPK/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nawawi Pomolango mengatakan ada tiga trisula dalam upaya pemberantasan rasuah yaitu pencegahan, penindakan, dan pendidikan antikorupsi di era Ketua KPK Firli Bahuri.

Namun, dari tiga cara itu, menindak pelaku dianggapnya langkah yang paling tepat untuk mencegah terjadinya praktik korupsi di tengah masyarakat.

Hal itu diungkap Nawawi dalam diskusi panel bertajuk Seminar Nasional Sertifikasi dan Penyelamatan Aset BUMN dan Daerah serta Launching Modul JAGA KPK. Kegiatan ini dilaksanakan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur pada Selasa, 7 Desember.

"Yang terpenting bagi KPK sebenarnya dari tiga trisula itu tetap adalah penindakan. Saya orang yang terus mengatakan bahwa bagi saya penindakan itu adalah model pencegahan terbaik dari Komisi Pemberantasan Korupsi. Jadi model pencegahan terbaik dari pemberantasan korupsi adalah penindakan, itu bagi saya," kata Nawawi seperti dikutip dari YouTube KPK RI.

Dia menegaskan, pencegahan, pendidikan dan penindakan itu harus berjalan beriringan tanpa mendahulukan salah satunya. Selain itu, Nawawi juga menegaskan KPK tak akan memberi bocoran bagi kepala daerah yang akan ditangkap lewat operasi tangkap tangan (OTT) seperti permintaan Bupati Banyumas Achmad Husein beberapa waktu lalu.

Lagipula, sambung dia, KPK sudah sering mendatangi daerah untuk melakukan sosialisasi pencegahan korupsi yang harusnya diartikan sebagai peringatan oleh kepala daerah.

"Kalau ada cerita-cerita kemarin, misalnya ada teman bupati barangkali bilang, 'Pak, sebelum OTT beritahu dulu' itu enggak ada seperti itu, Pak Bupati," tegasnya.

"Jadi enggak ada harus dibisikin dulu," imbuh Nawawi.

Lebih lanjut, dia juga mengingatkan semua celah untuk melakukan praktik korupsi harusnya bisa ditutup oleh semua pihak. Di hadapan peserta diskusi panel, Nawawi bahkan menganalogikan pencegahan ini ibarat rumah mewah yang menggantungkan tulisan peringatan 'Awas Ada Anjing Galak'.

"Kalau bisa, anjing galaknya benar ada gitu. Jangan juga ditulis 'Awas Ada Anjing Galak' kemudian ada maling mencoba masuk ternyata enggak ada anjing galaknya gitu," tegasnya.

"Jadi kalau di Awas ada anjing galak ya kalau bisa dalam itu lebih galak dua kali daripada tulisannya gitu. Itu yang dimaksud dengan membentuk untuk mencegah perilaku korup," pungkas Nawawi.