JAKARTA - Calon penantang Bobby Nasution di Pilkada Medan, Akhyar Nasution ‘diusik’ soal dugaan kasus hukum. Akhyar disebut tenang, tak menunjukkan respons berlebihan.
“Kami tidak menganggap (isu dugaan kasus hukum) sebagai penyanderaan. Karena image masyarakat tentang MTQ (kasus yang disinggung) bukan (Akhyar) tersandera, tapi malah simpatik. Karena dia (Akhyar) clear, Pak Akhyar diperiksa pun tidak ada masalah,” kata loyalis yang juga Ketua Relawan Kawan Akhyar Nasution, Suwandi Purba dihubungi VOI, Selasa, 11 Agustus malam
Dugaan kasus hukum ini dua kali disinggung PDIP. Pertama lewat Djarot Saiful Hidayat yang kini menjabat Ketua DPD PDIP Sumatera Utara, dan kedua lewat Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
Hasto menjelaskan alasan partai tidak mencalonkan Akhyar dan memutuskan mengusung Bobby Nasution-Aulia Rachman. Ada pemetaan politik yang dilakukan yakni mengukur ambisi Akhyar dan dugaan kasus hukum.
Akhyar memang pernah dimintai keterangan di Polda Sumut pada 12 Juni mengenai dugaan penyimpangan anggaran penyelenggaraan kegiatan Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) tahun 2020. Akhyar usai diperiksa saat itu menegaskan, teknis pelaksanaan tugas, berada di pengguna anggaran yakni Sekda.
“Pak Akhyar menyatakan tidak tahu-menahu karena bukan pengguna anggaran. Sudah cukup jelas jawaban Akhyar,” kata Suwandi menegaskan.
Untuk Pilkada Medan, Akhyar Nasution yang dipecat dari keanggotaan PDIP, memilih merapat ke Demokrat-PKS. Deklarasi dukungan resmi menurut Suwandi tinggal menunggu waktu.
“Tinggal selangkah lagi dideklarasikan,” katanya.
Dalam koalisi ini, Akhyar digadang-gadang akan dipasangkan dengan Plt Ketua DPD PKS Medan, Salman Alfarisi. PKS yang punya 7 kursi di DPRD Medan sedari awal memang menginginkan kadernya diusung sebagai bakal calon wali kota/wakil wali kota.
Sementara menunggu deklarasi, tim relawan Akhyar menurut Suwandi sudah bertemu dengan tim dari Demokrat-PKS untuk mulai menapaki langkah Pilkada. Dukungan dari parpol ini cukup untuk memenuhi syarat minimal 10 kursi di DPRD Medan.
BACA JUGA:
Soal pertarungan di Pilkada Medan, Akhyar Nasution dan Bobby Nasution dinilai sama-sama punya kekuatan.
“Keduanya punya peluang hampir sama. Akhyar sebagai Plt Wali Kota Medan masih banyak peluang memaksimalkan popularitasnya, sementara Bobby karena bagian dari figur muda bisa mencoba memberikan tawaran baru perbaikan Kota Medan,” kata pengamat politik, Muryanto Amin.
Dekan Fakulas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU) ini menilai Akhyar memang punya peluang lebih mengelola dukungan akar rumput dibanding Bobby. Namun mesin partai tetap diuji untuk memastikan raupan suara untuk kandidat calon wali kota/wakil wali kota Medan.
“Era demokrasi di pilkada langsung yang dicari itu figur. Jadi lebih kelayakan figur ketimbang institusi partai atau ormas atau masyarakat, itu supporting. Jadi kalau pun partai bagus, figurnya menjadi masalah, itu yang potensi kalah. Tapi kalau figur bagus masyarakat secara sadar akan mengidentikkan diri,” tuturnya.