Satgas COVID-19 Kemukakan 4 Kunci Mitigasi Varian Omicron di Indonesia
Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito (Foto: Humas BNPB)

Bagikan:

JAKARTA - Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengemukakan empat kunci langkah mitigasi varian baru Omicron (B.1.1.529) di Tanah Air menjelang Natal dan Tahun Baru 2022.

"Kunci dari antisipasi ini, pertama mengkaji ulang pembatasan pada pintu masuk negara," kata Wiku Adisasmito saat menyampaikan keterangan pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Indonesia yang diikuti dari YouTube BNPB di Jakarta, dilansir Antara, Selasa, 30 November.

Wiku mengatakan pembatasan sementara masuknya pelaku perjalanan internasional tidak sama dengan melarang masuknya warga negara yang memiliki kewarganegaraan di negara-negara tersebut.

Pembatasan sementara dilakukan pada pelaku perjalanan internasional dengan kewarganegaraan apapun yang tinggal atau memiliki riwayat singgah di negara-negara yang terjangkit dari berbagai kebijakan yang diterapkan oleh berbagai negara di dunia.

Atas situasi tersebut, kata Wiku, maka Indonesia juga perlu mewaspadai dan mengantisipasi masuknya varian omicron dari para pelaku perjalanan internasional.

Mitigasi kedua, kata Wiku, adalah meningkatkan whole genome sequencing (WGS) untuk mendeteksi adanya varian omicron yang berpotensi menginfeksi warga negara.

Mitigasi ketiga adalah memastikan mobilitas masyarakat dilakukan dengan aman.  Keempat, memasifkan testing dan tracing, utamanya pada pelaku perjalanan ke luar negeri, kata Wiku menambahkan.

"Penerapan protokol kesehatan kita juga harus terus dilakukan, terlebih kita akan segera memasuki periode Natal dan tahun baru, dimana aktivitas masyarakat berpotensi meningkat yang juga meningkatkan potensi penularan," ujarnya.

Meskipun hingga saat ini kasus positif di Indonesia masih terus menunjukkan situasi yang membaik, kata Wiku, namun masyarakat tidak boleh lengah.

"Karena belajar dari varian delta pada periode libur Idul Fitri, apabila tidak dipersiapkan dengan baik dan dibiarkan menyebar luas di masyarakat, mobilitas masyarakat yang tinggi, terlebih pula apabila kita tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan, maka varian ini dapat kembali meningkatkan kasus COVID-19," ujarnya.