325 TKA Asal China Masuk ke Bintan, Katanya Dijamin Bebas COVID-19
Pesawat Qinqdao Airlines yang mengangkut 325 TKA asal China mendarat di Bandara RHF Tanjungpinang, Kepri, Sabtu, 8 Agustus (Foto: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Sebanyak 325 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China masuk ke wilayah Pulau Bintan, Kepulauan Riau (Kepri), melalui Bandara Raja Haji Fisabilillah (RHF) Tanjung Pinang menggunakan pesawat Qinqdao Airlines, sekira pukul 14.20 WIB, Sabtu, 8 Agustus. Selain itu terdapat 27 tenaga kerja lokal yang ikut pulang bersama dengan rombongan TKA tersebut. Mereka sebelumnya telah mengikuti pelatihan tenaga kerja di China.

Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bintan Indra Hidayat menyebut, ratusan TKA China tersebut merupakan tenaga ahli konstruksi yang akan bekerja di PT Bintan Alumina Indonesia (BAI), Galang Batang.

"Mereka dikontrak selama enam bulan untuk menyelesaikan proyek konstruksi di PT BAI. Setelah selesai, langsung pulang ke negaranya. Perusahaan itu menargetkan mulai beroperasi tahun 2021," ungkap Indra Hidayat, dilansir Antara, Sabtu, 8 Agustus, 

Indra sudah memastikan kelengkapan semua dokumen keimigrasian TKA China itu, meliputi Izin Memperkerjakan Tenaga Asing (IMTA), Kartu Izin Tinggal Terbatas/ Tetap (KITAS), termasuk bukti hasil tes usap COVID-19 dari negara asal.

"Kami sudah terima hard copy maupun soft copy dokumen keimigrasian mereka," imbuhnya.

Setelah sampai di PT BAI, kata dia, TKA China itu bakal dikarantina di wisma milik perusahaan selama 14 hari dengan diawasi secara ketat oleh Satuan Gugus Tugas COVID-19. "Jika selama 14 tidak ada gejala COVID-19, mereka langsung bekerja. Kalau ada gejala, langsung swab," tutur Indra.

Sementara itu Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Tanjung Pinang Agus Jamaluddin menyatakan ratusan TKA itu langsung dilakukan tes cepat COVID-19 setibanya di Bandara RHF Tanjung Pinang.

"Kalau hasil tes cepat reaktif, langsung dipisahkan buat swab. Jika memang nantinya positif COVID-19, maka akan dikirim ke Rumah Sakit Khusus COVID-19 di Galang, Batam," sebut Agus sambil mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir terhadap kedatangan tenaga kerja asing tersebut.

Menurutnya, para TKA itu sudah membawa hasil tes usap COVID-19 dari China, di samping menjalani tes cepat dan karantina selama 14 hari di Bintan.

"Kami pun akan rutin mengawasi sekaligus mengedukasi TKA China agar mematuhi protokol kesehatan, seperti mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan tidak keluar selama masa karantina 14 hari," tutur Agus.

Terpisah, Direktur Utama PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) Santoni menjamin sebanyak 300 orang Tenaga Kerja Asal (TKA) asal China tidak tertular COVID-19.

"Hari ini ada 300 orang tenaga kerja asal China yang masuk Indonesia untuk bekerja di PT BAI. Mereka sudah dites usap (swab) sebanyak dua kali, hasilnya negatif," kata Santoni di Tanjung Pinang, Sabtu.

Selain tenaga kerja asal China itu, kata dia, puluhan tenaga kerja lokal yang sudah dilatih selama 14 bulan di China juga tiba di Tanjung Pinang untuk bekerja di PT BAI.

"Ada 80 orang tenaga kerja asal Bintan, Tanjung Pinang, Batam, dan daerah lainnya, yang dilatih di China sudah kembali ke Tanah Air. Sebagian dari mereka sudah tiba di Bintan, dan sebagian lagi masih di Jakarta," ucapnya.

Seluruh tenaga kerja asing maupun lokal yang tiba di Indonesia mengenakan alat pelindung diri. Mereka juga takut tertular COVID-19. Mereka juga akan melaksanakan protokol kesehatan yakni karantina mandiri di tempat tinggal yang disediakan perusahaan di lokasi proyek.

"Mereka karantina mandiri selama 14 hari. Setelah itu baru bekerja," ucap Santoni.

Santoni mengatakan tenaga kerja asing maupun tenaga kerja lokal yang sudah dilatih merupakan tenaga ahli. Mereka memiliki berbagai keahlian untuk mengerjakan proyek pembangunan PLTU dan pemurnian bauksit (smelter) di Kawasan Ekonomi Khusus Galang Batang, Bintan, yang dikelola PT BAI. PT BAI investasi PLTU dan smelter sebesar Rp20 triliun di Bintan.

Kontrak kerja dengan tenaga kerja asing itu hingga Januari 2021. Mereka harus memastikan seluruh proyek yang direncanakan paling lama diselesaikan Desember 2020.

"Mereka ada kontrak kerja dengan PT BAI yang harus dilaksanakan. Peralatan yang digunakan ini menggunakan teknologi China sehingga membutuhkan keahlian mereka agar selesai tepat waktu," katanya.