JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Mayjen TNI Suharyanto mengatakan pemulihan kondisi pariwisata di Provinsi Bali dapat menjadi pembuktian Indonesia mampu menangani pandemi COVID-19 dengan baik.
“Ini menjadi peluang bagi Bangsa Indonesia dan Provinsi Bali khususnya, untuk membuktikan pada dunia bahwa kita mampu dan bisa mengendalikan pandemi ini,” kata Suharyanto dalam seminar Hasil Riset Kebencanaan Ideathon Bali Kembali dikutip Antara, Selasa, 23 November.
Berdasarkan data yang dimiliki BNPB, sepanjang tahun 2019 wisatawan mancanegara yang datang ke Bali mampu mencapai 6,3 juta orang. Namun pada tahun 2020, jumlah wisatawan yang datang hanya menyentuh angka satu juta orang saja.
Suharyanto menjelaskan apabila Bali berhasil dipulihkan, negara dapat dapat turut mengembalikan laju perekonomian di sektor pariwisata yang sempat mengalami penurunan jumlah wisatawan sehingga pendapatan masyarakat dapat berangsur kembali.
Selain sebagai pembuktian dapat mengendalikan pandemi, pemulihan Bali dapat membantu Indonesia menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh dunia untuk menggelar Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) yang merupakan forum multi pemangku kepentingan untuk meninjau kemajuan berbagai pengetahuan dan mendiskusikan perkembangan terbaru dalam pengurangan risiko bencana pada tahun 2022 mendatang.
“Kita harus bekerja keras meningkatkan serta memperkuat upaya preventif dengan terus berdisiplin dalam penerapan protokol kesehatan 5M dalam setiap kegiatan sehari-hari. Kita juga harus mampu memutus mata rantai penularan dengan peningkatan 3T,” tegas dia.
Menurut Suharyanto, selain terus disiplin menerapkan protokol kesehatan, semua pihak juga perlu bekerja sama untuk membuat kondisi pandemi menjadi lebih baik lagi hingga mampu berubah menjadi endemi.
Salah satu cara yang dilakukan BNPB dalam menangani pandemi, yakni melakukan kolaborasi dengan sejumlah universitas di Indonesia, untuk mengkaji permasalahan kebencanaan yang dapat membantu mempercepat penanganan khususnya pandemi COVID-19 di Bali.
Suharyanto mengatakan melalui capaian penelitian yang dilakukan perguruan tinggi, dapat membantu pemerintah mengukur besar penurunan kasus positif, kasus kematian serta membaiknya kondisi perekonomian di Bali.
BACA JUGA:
Suharyanto juga berharap, dampak dari hasil riset dan kajian yang dijalankan oleh perguruan tinggi dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.
“Saya berharap seluruh peneliti dapat membagikan seluruh pengalaman dan ilmunya agar dapat membantu penyelesaian permasalahan kebencanaan khususnya pandemi COVID-19 di Provinsi Bali khususnya dan di Indonesia umumnya,” ujar dia.
Pengusaha Pariwisata Tolak PPKM Level 3
Para pelaku pariwisata di Bali menolak rencana penerapan PPKM level 3 pada libur Natal-Tahun Baru. PPKM level 3 diputuskan pemerintah pusat diterapkan di seluruh Indonesia.
Penolakan PPKM level 3 disampaikan Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali (APPMB) yangaterdiri dari pekerja pariwisata daily worker (DW), guide freelance, sopir freelance, sopir konvensional, penjual suvenir, pedagang hingga penjaga destinasi wisata.
Ketua APPMB Bali Puspa Negara meminta pemerintah pusat membatalkan rencana penerapan PPKM level 3 libur Natal-Tahun Baru. Kebijakan ini dianggap aneh.
"Adanya informasi dari Menteri koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang mengatakan demi mencegah kerumunan dan pembatasan kegiatan masyarakat di akhir tahun akan diberlakukan PPKM Level 3 di seluruh Indonesia. Hal ini tentu bagi Bali sangat aneh dan nyeleneh," kata Puspa dalam keterangan tertulis, Selasa, 23 November.
Menurutnya, PPKM level 3 malah menjadi beban baru di saat pariwisata Bali mulai bergerak.
"Di tengah kita bersiap untuk bangkit seirama dengan turunnya level PPKM ke Level 2 saat ini dan justru berharap turun terus hingga Level 1 dan bila perlu hingga level 0 tanpa pembatasan dan menuju true normal," imbuhnya.
Dalam perspektif pariwisata Bali, penurunan level PPKM memberi harapan untuk pergerakan ekonomi. Saat PPKM level 2 diberlakukan di Bali, pergerakan pariwisata mulai meningkat.
“Kita berharap akhir tahun ini pariwisata kembali bergeliat meski tetap dengan prokes yang ketat dan inovatif. Jika ucapan Muhadjir Effendy ini benar dilaksanakan maka dipastikan Bali sebagai destinasi tidak bisa berkutik alias masyarakat di destinasi akan melarat sekarat," ujarnya.
"Kerugian material adalah pembatalan booking akhir tahun yang sudah mulai masuk domestik. Demikian, halnya beberapa event dengan prokes pasti batal. Jika dihitung-hitung bahwa pemberlakuan PPKM Level 3 di akhir tahun ini, pelaku usaha dan masyarakat dipastikan rugi miliaran rupiah," paparnya.