JAKARTA - Di tengah meningkatnya ketegangan Amerika Serikat (AS) dengan Korea Utara (Korut) dan Iran, para penasihat Presiden AS Donald Trump ragu untuk memberi opsi militer. Hal tersebut dikarenakan ia khawatir Trump mungkin secara tidak sengaja membawa AS dalam peperangan.
Melansir dari CNN, Jumat 7 Agustus, pikiran-pikiran tersebut dimuat dalam buku yang akan datang, berjudul The Madman Theory: Trump Takes on the World. Buku yang ditulis Harper Collins itu akan terbit 11 Agustus.
Seperti kita tahu hubungan panas dingin antara Trump dengan Kim Jong-un terjadi selama masa kepemimpinan Trump. Tetapi pada 2017, ketika Trump menjuluki Kim Jong-un 'pria roket kecil' (little rocket man), diktator Korut tersebut menanggapinya dengan menyebut Trump sebagai orang bodoh.
"Kami dulu menganggap Kim Jong-un adalah seseorang yang tidak dapat diprediksi. Sekarang kami memiliki Trump sebagai seseorang yang tidak dapat diprediksi," kata Joseph Yun, yang menjabat sebagai perwakilan khusus Presiden Trump untuk kebijakan Korut hingga 2018.
Yun ingat bahwa selama kebuntuan yang memburuk dengan Korut pada 2017, militer AS ragu-ragu memberi Trump berbagai pilihan militer. Hal tersebut dikarenakan mereka khawatir bahwa ia mungkin akan memerintahkan serangan militer besar-besaran ke Korut.
"Anda harus berhati-hati dengan pilihan apa yang Anda berikan padanya (Trump). Kami sangat berhati-hati, karena opsi apa pun yang Anda berikan, dia bisa menggunakannya," kata Yun.
Pada 2019, Trump dan timnya sedang mempertimbangkan opsi militer terhadap Iran sebagai tanggapan atas meningkatnya serangan di Teluk Persia. Pejabat senior militer AS menjelaskan kepada mitra AS di kawasan dan Iran bahwa mereka tidak dapat memprediksi keputusan Trump.
"Kami memberi tahu sekutu bahwa kami tidak tahu apa yang akan dilakukan Presiden terhadap Iran," kata Mick Mulroy, wakil asisten menteri pertahanan untuk Timur Tengah hingga 2019.
"Mungkin saja dia bisa membuat keputusan yang akan mengarah pada eskalasi konflik, dan eskalasi itu bisa menyebabkan perang, jadi mereka perlu menyampaikannya ke Iran sehingga mereka menyadari bahkan stafnya tidak tahu apa yang akan terjadi jika mereka menyerang lainnya, fasilitas minyak, misalnya," tambah Mulroy.
Peringatan ini merupakan bagian dari upaya jangka panjang untuk menahan beberapa dorongan terburuk Trump ketika dihadapkan pada aksi militer di luar negeri. Sebelumnya, pada September 2018, ketika beberapa serangan menghantam area dekat Kedutaan Besar AS di Baghdad yang tidak menimbulkan korban atau kerusakan serius.
Pihak militer AS terkejut oleh sikap para pejabat senior di Dewan Keamanan Nasional yang memberi opsi militer agar AS membalas Iran. Pejabat Dewan Keamanan Nasional mengatakan, Trump ingin segera mengetahui bagaimana dan kapan AS dapat menanggapi serangan.
Presiden Trump menolak keras atas tindakan Iran pada 2019 atas penembakan pesawat tak berawak AS atas wilayah udara internasional. Namun di waktu yang bersamaan, Trump juga membatalkan aksi militer pesawat tempur AS yang sudah berada di udara. Trump juga memutuskan untuk tidak melakukan pembalasan setelah Iran menyerang fasilitas minyak di Arab Saudi yang untuk sementara waktu menutup setengah dari produksi minyak Arab Saudi.
"Yah, (Trump) tidak mau melakukannya, jadi kita selesai," kenang Mulroy. "Pertama kali terjadi, saya pikir ada semacam kelegaan. Kedua kalinya, saya syok."
"Jadi seperti 'Apa maksud Anda, kami tidak melakukan apa-apa?' Maksud saya, kita sudah harus melakukan sesuatu," ujar Mulroy.
Ketidakpastian Trump sudah menjadi rahasia umum. Musuh AS sangat menyadari bahwa penasihatnya sendiri serta lembaga yang mereka pimpin sering tidak mengetahui maksud Trump. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Susan Gordon, pejabat intelijen nomor dua di AS. "Mitra, musuh, dan pesaing kami tahu bahwa kami tidak tahu pertarungan berikutnya," kata Gordon.
BACA JUGA:
Dengan presiden lain atau pemerintahan lain, ketidakpastian yang disengaja seperti itu dapat dilihat sebagai bentuk kecacatan. Hal tersebut juga mengidentifikasinya sebagai sebuah kritik.
Tetapi dalam pandangan Trump dan pendukungnya yang sangat loyal, ketidakpastiannya adalah kekuatan yang pantas untuk dipuji."Baginya, ketidakpastian adalah kartu yang dia sukai," tutup Yun.