Taiwan Setujui Penggunaan Dexamethasone Obati COVID-19
Dexamethasone (Sumber: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Taiwan menyetujui penggunaan dexamethasone untuk mengobati pasien COVID-19. Penggunaan dexamethasone rencananya akan digunakan sementara seiring menipisnya remdesivir.

Remdesivir adalah obat yang diproduksi perusahaan biofarmasi AS, Gilead dan telah banyak digunakan di pulau otonom tersebut. Sementara dexamethasone adalah obat dengan kandungan steroid yang lebih murah. Langkah itu dilakukan karena Amerika Serikat (AS) membeli hampir seluruh persediaan remdesivir dunia.

Wakil Direktur Jenderal Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan, Chuang Jen-hsiang, saat diwawancarai, Selasa, 4 Agustus menyebut para ahli kesehatan telah memutuskan dexamethasone dapat digunakan mengobati pasien COVID-19 untuk sementara. Meski begitu, ada serangkaian prosedur yang harus dilalui sebelum pasien dapat menerima obat tersebut.

Taiwan mengumumkan 476 kasus positif baru dan tambahan tujuh korban jiwa akibat COVID-19. Sebagian besar kasus baru berasal dari luar negeri dan hampir seluruh pasien telah sembuh. Otoritas kesehatan di Taiwan berhasil menekan angka penularan dan kematian berkat langkah pencegahan yang cepat dan efektif.

Kantor Berita Pusat Taiwan, pada minggu ini memberitakan persediaan remdesivir cukup rendah. Taiwan mulanya telah memesan dua ribu dosis remdesivir yang harusnya tiba pada akhir Juli. Namun, nyatanya hanya 78 dosis yang tersedia. Dan dosis tersebut hanya dapat diberikan ke 54 pasien dengan gejala parah, demikian laporan kantor berita resmi Taiwan.

Remdesivir merupakan satu-satunya obat yang disetujui oleh Uni Eropa untuk diberikan ke pasien COVID-19 dengan gejala parah. Permintaan terhadap obat itu cukup tinggi setelah hasil uji klinisnya menunjukkan remdesivir dapat mempercepat waktu pemulihan pasien COVID-19. Obat itu diberikan ke pasien lewat saluran infus (IV).

Sementara, hasil ujicoba para peneliti Inggris yang diumumkan Juni menunjukkan dexamethasone merupakan obat pertama yang dapat menyelamatkan nyawa pasien COVID-19. Menurut peneliti, temuan itu merupakan terobosan dalam upaya menekan korban jiwa akibat pandemi COVID-19. Jepang pada bulan lalu juga menyetujui penggunaan dexamethasone untuk pasien COVID-19.