Hidroksiklorokuin-Deksametason Masih Cocok Dipakai Pasien COVID-19 Indonesia, Tapi Tak Bisa Sembarangan
Anggota Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Agus Dwi Susanto tengah (Foto: Diah Ayu Wardani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Ahli kesehatan masih mencari obat yang aman dan mampu menyembuhkan COVID-19. Beberapa waktu lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut hidroksiklorokuin, obat yang biasa menyembuhkan penyakit malaria, disebut juga dapat menyembuhkan COVID-19.

Namun, ternyata pernyataan tersebut ditarik kembali oleh WHO. Kemudian, obat ini diperbolehkan kembali. Selain itu, berdasarkan penelitian di Inggris, obat steroid yakni deksametason disebut-sebut bisa membantu penyembuhan pasien COVID-19 yang kritis.

Lalu, bagaimana khasiatnya di Indonesia? Anggota Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Agus Dwi Susanto menyebut saat ini kedua obat tersebut sudah digunakan untuk pasien COVID-19. Meski demikian, masyarakat tak bisa begitu saja menggunakan kedua obat tersebut. 

"Masyarakat diimbau tidak menggunakan secara sembarangan. Penggunaan obat ini hanya atas rekomendasi dokter dan tentunya ada indikasi-indikasi yang sudah ditetapkan. Jangan juga membeli dengan bebas secara online," kata Agus dalam diskusi di Graha BNPB, Jakarta Timur, Senin, 29 Juni. 

Berdasarkan pedoman perhimpunan dokter, obat hidroksiklorokuin dapat membantu penyembuhan pasien yang tidak memiliki penyakit jantung. Epdoman ini dihasilkan dari penelitian 5 perhimpunan dokter, yakni dokter paru, penyakit dalam, anestesi, anak, dan jantung, sejak Bulan April lalu.

Kemudian, obat hidroksiklorokuin bisa diberikan pada dewasa dengan usia dibawah 50 tahun dengan gejala ringan, sedang, dan berat. "Yang tidak boleh itu yang tanpa gejala," ucap dia.

Kemudian, obat hidroksiklorokuin pada anak hanya diberikan pada kasus berat dan krisis dengan pemantauan yang ketat. Obat ini juga harus dilakukan pada pasien rawat inap dan tidak boleh pasien rawat jalan atau yang melakukan isolasi mandiri.

Sebab, ada efek samping harus dipantau dengan pemeriksaan sehingga pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan rumah sakit.

"Jadi, hidroksiklorokuin maupun klorokuin masih cukup aman digunakan pada populasi di Indonesia. Karena terlihat data-data awal yang ada, efek samping itu ringan dan tidak meningkatkan risiko kematian," jelas Agus.

Sementara, obat dexametason juga sudah digunakan di beberapa rumah sakit di Indonesia. Awalnya, obat yang masuk dalam kelompok steroid ini tidak direkomendasikan penggunaannya pada pasien COVID-19. 

Beberapa waktu berselang, keluar hasil riset yang terbaru dari Inggris yaitu menyebutkan bahwa Dexamethasone ini memberikan dampak yang positif pada pasien COVID-19. Obat ini dapat menurunkan angka kematian.

Namun, obat deksametason juga tidak boleh digunakan sembarangan. Dalam praktiknya,  pasien yang bisa menggunakan obat ini adalah pasein dalam keadaan  berat, atau yang membutuhkan alat bantu pernapasan.

"Untuk pasien yang positif dengan gejala tetapi ringan atau sedang tanpa pemberian oksigen, ternyata tidak memberikan dampak yang baik," ungkap Agus.

"Artinya, hasil riset tersebut menunjukkan kegunaan Dexamethasone itu hanya direkomendasikan pada pasien berat yang menggunakan terapi oksigen dan menggunakan ventilator atau alat bantu napas," lanjutnya.