Bagikan:

JAKARTA - Mantan Kepala Direktorat Intelijen Militer Israel (IDF) Amos Yadlin berbicara dengan Nissim Mash'al dari 103FM Jumat pagi, mengacu pada pengumuman rencana Iran untuk kembali ke meja perundingan mengenai program nuklir mereka.

"Amerika sedang mempersiapkan situasi, di mana pembicaraan dengan Iran tidak akan berhasil. Kami berada dalam situasi di mana jika ada kesepakatan, itu tidak baik. Dan jika tidak ada kesepakatan, kita akan menghadapi pilihan-pilihan untuk seorang Perdana Menteri Israel. Israel memiliki kemampuan militer untuk menyerang Iran," kata Yadlin, mengutip The Jerusalem Post 5 November.

Mengenai kemungkinan serangan Israel terhadap Iran, Yadlin mengatakan: "Naftali Bennett sebagai perdana menteri harus memutuskan, apakah tidak melakukan apa-apa atau melakukan serangan. Serangan adalah langkah terakhir, setelah semua strategi lain dilakukan. Saya senang, kita telah memahami anggaran perlu dialokasikan.

Dikatakannya, rencana militer perlu diperbarui untuk situasi saat ini. Menurutnya, meski Israel memiliki kemampuan militer untuk menyerang Iran, masalahnya bukan serangan, tetapi apa yang terjadi setelahnya. Ada banyak pertimbangan.

"Iran telah mengakui keinginan Amerika di bawah Pemerintahan Presiden Biden untuk kembali ke kesepakatan. Selama enam putaran pembicaraan, mereka telah menetapkan tuntutan tinggi yang bahkan tidak dapat diterima oleh pemerintahan Demokrat. Pada akhirnya itu menguntungkan mereka dan sekarang menekan Amerika," papar Yadlin.

"Kesepakatan 2015 baik dalam jangka panjang bagi Iran, mereka ingin sanksi dihapus dari mereka. Masih tidak perlu opsi militer, tetapi harus lebih kredibel, lebih di pihak AS daripada di sini," pungkas Yadlin.