JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa sebagai calon Panglima TNI menggantikan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, yang masuk masa pensiun.
Hal ini telah disampaikan lewat Surat Presiden (Surpres) yang dikirimkan ke pimpinan DPR siang ini, Rabu, 3 November.
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati menilai, langkah Jokowi memilih Jenderal TNI Andika Perkasa Panglima TNI sudah tepat. Menurutnya, Andika adalah perwira cerdas yang memiliki wibawa di mata internasional serta memahami TNI bukan hanya matranya.
”Beliau juga atensi kepada kasus-kasus sosial yang humanis seperti uji keperawanan Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad), nasib para purnawirawan dan juga memiliki kemampuan intelijen yang paripurna,” ujar Susaningtyas, Rabu, 3 November.
Menurut perempuan yang akrab disapa Nuning itu, suksesi di tubuh TNI selalu menjadi diskursus yang hangat mengingat TNI sebagai salah satu komponen penting negara banyak berperan penting dalam dinamika Bangsa Indonesia.
Berdasarkan Pasal 13 ayat 4 UU TNI Nomor 34 Tahun 2004, sambung Nuning, memang mengamanatkan jabatan Panglima TNI dapat dijabat oleh Perwira Tinggi (Pati) aktif yang sedang atau pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan. Artinya, KSAD, KSAL dan KSAU memiliki peluang yang sama untuk menjabat Panglima TNI.
”Meski harus bergantian namun pada kenyataannya presiden yang menentukan siapa yang akan menjabat. Hak prerogatif presiden tersebut memang tidak dapat diintervensi oleh siapapun,” kata Mantan anggota Komisi I DPR RI itu.
BACA JUGA:
Nuning menyebut, ada dua hal penting yang harus menjadi pertimbangan dalam memilih Panglima TNI. Pertama, pertimbangan kebutuhan organisasi TNI dalam kurun waktu ke depan sebagai bagian modernisasi Alutsista sehingga dibutuhkan kemampuan manajemen tempur dan diplomasi militer yang andal. Kedua, pertimbangan perkembangan lingkungan strategis pada tataran global dan regional.
”Dibutuhkan sosok Panglima TNI yang memiliki dampak penangkalan bagi petinggi militer internasional. Penting sekali jika Panglima TNI disegani dunia internasional,” katanya
Apalagi, lanjut Nuning, saat ini dunia tengah menghadapi wabah COVID-19 yang merupakan ancaman nirmiliter. Menurutnya, ancaman nirmiliter berbeda dengan ancaman militer dan ancaman nonmiliter. Ketiganya, kini dikenal sebagai ancaman hybrida dan telah merubah perspektif ancaman di masa mendatang.
”Senjata biologi dan pertahanan negara antisenjata biologi merupakan ilmu pengetahuan yang harus dikuasai TNI. Pada masa depan ancaman Nubika (Nuklir, Biologi, Kimia) harus masuk dalam kewaspadaan kita. Para Prajurit TNI kini dituntut memiliki kemampuan tempur konvensional dan kemampuan tempur kontemporer,” katanya.
Nuning menambahkan, tuntutan kemampuan di masa depan tersebut harus menjadi agenda pimpinan TNI yang baru. Latar belakang penugasan operasional juga harus dilengkapi dengan pengalaman pendidikan.
”Sebenarnya Panglima TNI sangat bagus bila memiliki tingkat intelektual yang tinggi, dijabat oleh Pati yang memiliki kriteria sebagai Scholar Warrior,” tandasnya.