Kerja dari Rumah akan Jadi Pilihan Utama?
Bekerja Dari Rumah: The New Normal? (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Bekerja dari rumah mungkin awalnya terdengar asing bagi pekerja kantoran. Umumnya, sistem ini hanya dilakukan bagi mereka yang freelancer atau pekerja remote. Namun, sejak pandemi COVID-19 berlangsung, bekerja dari rumah menjadi hal baru yang perlu diadaptasi bagi karyawan.

Dilansir dari Channel News Asia, Enable Group, sebuah kantor konsultan sumber daya manusia di Singapura sudah mempekerjakan karyawannya dari rumah sejak tujuh tahun lalu. Jauh sebelum pandemi ini datang.

Bekerja dari rumah bukan berarti waktunya lebih santai atau pekerjaan jauh lebih ringan. Untuk mereka yang belum pernah bekerja dari rumah, hal ini menjadi tantangan tersendiri. Tapi menilik perkantoran saat ini seperti Facebook, Twitter, Google, mereka berani memutuskan beralih menjadi bekerja secara remot (remote working) bahkan setelah pandemi selesai.

Lantas, apakah pilihan bekerja dari rumah menjadi yang utama? Untuk saat ini, ya. Lawrence Wong, Menteri Pembangunan Nasional Singapura yang menyatakan tenaga kerja tetap melanjutkan bekerja dari rumah sebagai adaptasi dari “new normal”.

Perusahaan punya tanggung jawab untuk menjaga karyawannya. Apalagi, perusahaan harus memastikan biaya yang dikeluarkan dan sistem kesehatan yang mumpuni agar karyawan yang masuk ke kantor merasa aman.

Bekerja dari rumah juga memiliki pro dan kontranya. Salah satu kelebihannya adalah Anda bisa menekan pengeluaran yang biasanya paling banyak digunakan untuk transportasi.

Hal ini juga diakui Nessie, seorang trainee management di salah satu bank. Tantangan yang banyak dialami adalah komunikasi karena kurangnya interaksi dengan orang kantor. Ia baru berpindah ke divisi baru yang menuntutnya harus belajar beradaptasi dengan orang-orang baru namun hal itu kurang dirasakan karena ia bekerja dari rumah.

Menurutnya, bekerja dari rumah sudah menjadi ‘new normal’. Nessie menuturkan hal ini ia dapatkan dari membaca sebuah artikel di mana peneliti menyatakan 66 hari adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah sesuatu menjadi kebiasaan. Aktivitas bekerja dari rumah yang dilakukan lebih tiga bulan nampaknya sudah terdengar biasa saja.

Di sisi lain, kekurangannya adalah biaya internet yang harus dibayar sendiri dan Anda bisa saja kehilangan aspek sosial saat bekerja. Kantor tidak hanya sekadar tempat tetapi menjadi cara manusia untuk berinteraksi dengan lainnya. Hal itu tidak bisa dipenuhi kala bekerja dari rumah.

"Dari perspektif psikologi, interaksi sosial yang Anda dapatkan dari kantor adalah apa yang manusia butuhkan untuk fungsional dengan baik," kata Dr. Sam Yam, asisten profesor National University of Singapore (NUS).

Namun, bekerja dari rumah tidak bisa diaplikasikan untuk semua industri, seperti transportasi dan retail - mereka tidak bisa melakukan dari rumah. Bagi mereka yang bekerja dari rumah, tantangan pun kian meningkat seiring sulitnya bertemu secara langsung.

Ada check-in regular dimana setiap karyawan memberitahu pencapaian dalam bekerja dan tantangan yang dihadapi. Ada juga grup fokus yang dibentuk agar karyawan bisa terbuka terkait situasi bekerja dari rumah. Komunikasi menjadi poin utama yang digiatkan supaya bekerja tetap efisien.

Bagaimana dengan perusahaan Anda? Apakah bekerja dari rumah sudah menjadi opsi utama?