<i>Update</i> COVID-19 per 21 Maret: Lakukan <i>Rapid Test</i> Massal dan Larangan Menyimpan Klorokuin
Juru bicara penanganan virus corona atau COVID-19, Achmad Yurianto (Foto: Twitter @aw3126)

Bagikan:

JAKARTA - Jumlah pasien positif corona atau COVID-19 bertambah 81 kasus, per hari Sabtu, 21 Maret, sehingga total ada 450 kasus. Selanjutnya, ada tambahan pasien yang sembuh sebanyak 4 orang, jadi total ada 20 orang yang sembuh dari virus ini. Terakhir, jumlah kematian akibat kasus ini bertambah 6 orang, total menjadi 38 orang.

"Seluruh data ini sudah kami berikan kepada semua kepala dinas provinsi dan kepala dinas provinsi sudah memberikan juga kepada rumah sakit tempat pasien dirawat," kata Yurianto dalam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB pada Sabtu.

Sementara itu, dikutip dari lembaran update data pasien, ada tujuh provinsi yang menjadi konsentrasi penambahan pasien baru. Dari tujuh provinsi itu, DKI Jakarta merupakan yang terbanyak, yakni sebanyak 44 pasien baru. Kemudian, Jawa Barat dengan 14 pasien dan Jawa Timur dengan 11 pasien. Lalu, Banten sebanyak 4 orang dan Jawa Tengah sebanyak 2 orang. Selanjutnya, Sulawesi Selatan sebanyak 2 orang, DIY sebanyak 1 orang 8 dan dalam proses verifikasi sebanyak 3 orang.

Selanjutya itu, pemerintah sudah melakukan sejumlah upaya untuk mencegah penyebaran kasus COVID-19 ini, di antaranya melakukan rapid test. Rapid test sudah dilaksanakan sejak kemarin sore di beberapa kecamatan di Jakarta Selatan yang akan dilanjutkan ke seluruh Indonesia kepada kelompok yang berisiko. 

Rapid test akan disinergikan dengan kegiatan tracing pada kasus pasien positif. Contohnya, ketika ada kasus positif, maka rapid test akan dilakukan kepada keluarga dan tempat si pasien bekerja. "Tujuannya sesegera mungkin menemukan kasus positif dan melakukan isolasi," kata Yuri.

Yuri meminta seluruh masyarakat tetap waspada. Sebab, hasil negatif dari rapid test tidak berarti benar-benar negatif dari virus ini. Yuri menerangkan, hasil negatif ini karena belum adanya respons serologi atau respons imunitas. Hal ini sering terjadi pada infeksi yang terjadi di bawah 6 atau 7 hari. "Karena itu, tes ini akan diulang lagi pada 6 atau 7 hari selanjutnya dengan pemeriksaan yang sama," ujar Yuri.

Ketika seseorang negatif hasil rapid test-nya, Yuri meminta orang tersebut tetap melakukan isolasi diri dengan cara pembatasan jarak. Sebab, hasil negatif yang pertama itu, tidak memberikan garansi bahwa dia sedang tidak terinfeksi COVID-19. 

Sedangkan, ketika ada seseorang yang positif hasilnya, maka akan dilakukan isolasi diri atau isolasi di rumah sakit tergantung dengan kebutuhannya. "Manakala ada keluhan yang mengikuti maka membutuhkan pelayanan rumah sakit," kata dia.

Strategi pemerintah lainnya adalah mendatangkan klorokuin. Obat ini, kata Yuri, secara pengalaman digunakan negara lain dan memberikan respons yang positif. Klorokuin ini dianggap dapat menyembuhkan, bukan mencegah virus tersebut. 

Karenanya, Yuri mengingatkan masyarakat tidak membeli atau menyimpan obat ini secara berlebihan. "Ini adalah obat keras yang dibeli harus dengan resep dokter," ujarnya.