Erdogan Sebut Kritik terhadap Hagia Sophia sebagai Pelecehan terhadap Turki dan Muslim

JAKARTA - Satu hari setelah gelaran ibadah salat Jumat pertama di Hagia Sophia, Yunani masih menyatakan protesnya. Yunani mengatakan langkah Turki mengubah status Hagia Sophia menjadi masjid sebagai penghinaan bagi peradaban ke-21.

Pernyataan itu ditanggapi langsung oleh Recep Tayyip Erdogan. Ia menyebut segala kritik yang ditujukan pada pengubahan status Hagia Sophia menjadi masjid sebagai bentuk kebencian terhadap Turki dan Muslim.

"Kami melihat bahwa target negara-negara pembuat kebisingan dalam beberapa hari terakhir bukanlah Hagia Sophia atau Mediterania timur. (Target mereka) adalah kedaulatan diri bangsa Turki dan Muslim di wilayah ini," kata Erdogan yang tampak hadir dalam salat Jumat perdana, dikutip Reuters, Senin, 27 Juli.

Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan Yunani sekali lagi menunjukkan permusuhannya terhadap Turki atas reaksi terhadap Hagia Sophia yang baru saja dibuka untuk ibadah umat Islam. Tak lama setelahnya ekstremis Turki membakar bendera Turki di Kota Thessaloniki.

Pemerintah Yunani juga menyebut seisi dunia sangat terpana terhadap ocehan fanatik dan nasionalis Turki belakangan ini. "Komunitas internasional abad ke-21 terpana mengamati ocehan fanatik agama dan nasionalis Turki hari ini."

Berdasarkan sejarah, Hagia Sophia merupakan tempat ibadah penting bagi umat Kristen Ortodoks selama berabad-abad, sampai Istanbul --yang kemudian dikenal sebagai Konstantinopel-- jatuh ke tangan Turki Ottoman pada tahun 1453.

Sejak itu, Hagia Sophia dibangun menjadi masjid. Lalu, setelah hadirnya Republik Turki di bawah Mustafa Kemal Ataturk, status Hagia Spohia diubah menjadi museum pada tahun 1934.