Rumah Sakit Berisiko Kewalahan Saat Infeksi COVID-19 Melonjak, Singapura Perpanjang Pembatasan
JAKARTA - Otoritas Singapura mengatakan sistem perawatan kesehatan berisiko 'kewalahan' saat virus melonjak. Negeri Singa mencatat rekor jumlah infeksi harian yang mencapai 3.994 kasus pada Hari Selasa, dengan jumlah kematian terus meningkat.
"Pada situasi saat ini, kami menghadapi risiko besar sistem perawatan kesehatan kewalahan," sebut co-chair Gugus Tugas COVID-19 Singapura, mengutip France 24 dari AFP 20 Oktober.
Wong yang juga Menteri Keuangan mengatakan, hampir 90 persen tempat tidur isolasi di rumah sakit telah terisi dan lebih dari dua pertiga tempat tidur unit perawatan intensif terisi.
Sebagian besar kasus Singapura ringan atau tanpa gejala dengan pasien pulih di rumah, memungkinkan rumah sakit untuk fokus pada pasien Covid yang sakit parah.
"Kami mencoba menambah kapasitas, tetapi ini bukan hanya soal memiliki tempat tidur tambahan atau membeli peralatan baru, karena tenaga medis kami kewalahan dan kelelahan," terang Wong.
"Dan sementara kami mencoba untuk memperkuat tim, akan butuh waktu untuk bala bantuan ini masuk,"
Sementara itu, Wakil Ketua Gugus Tugas dan Menteri Kesehatan Ong Ye Kung mengatakan, jumlah infeksi di antara orang yang tidak divaksinasi berusia 60 tahun ke atas 'terus tinggi, terhitung dua pertiga pasien di ICU dan mereka yang telah meninggal.
Komentar mereka muncul sehari setelah Singapi memperluas perjalanan bebas karantina untuk penumpang yang divaksinasi penuh, memasukkan delapan negara, termasuk mitra dagang utama Amerika Serikat, Inggris dan Prancis.
Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengatakan, Singapura sebagai pusat bisnis global tidak dapat terus ditutup tanpa batas waktu, membuat Negeri Singa mengubah strategi tanpa tolerasi edngan penguncian dan penutupan perbatasan, menjadi pendekatan hidup dengan COVID-19.
Pengaturan jalur perjalanan dimulai dengan Brunei dan Jerman bulan lalu, dan akan mencakup Korea Selatan mulai 15 November. Penerbangan di bawah pengaturan yang diperluas mulai tiba Rabu.
Departeman Kesehatan Singapura memutuskan untuk memperpanjang pembatasan saat ini di bawah 'fase stabilisasi' selama satu bulan ke depan hingga 21 November, dengan peninjuan dua mingguan.
"Sayangnya, mengingat tekanan yang terus berlanjut pada sistem perawatan kesehatan kami, lebih banyak waktu diperlukan untuk menstabilkan situasi," sebut Departemen Kesehatan dalam siaran pers terpisah, mengutip CNA.
Baca juga:
- Balas Tarik Diplomatnya dari Markas NATO, Menlu Rusia: Jika Ada Masalah Mendesak, Dapat Hubungi Duta Besar Kami
- Pengaturan Politik Afghanistan-Taliban Tidak Sesuai Harapan, Utusan AS Zalmay Khalilzad Pilih Mengundurkan Diri
- Menlu Wang Yi Dukung Riyadh Jaga Keamanan, Menlu Arab Saudi Tentang Intervensi Dalam Negeri China
- Belum Dua Tahun Dibeli dari AS, Empat Drone RQ-4 Global Hawk Korea Selatan Seharga Rp11,4 Triliun Cacat
Fase stabilisasi, yang dimulai pada 27 September, semula dijadwalkan berlangsung hingga 24 Oktober. Selama fase ini, pertemuan sosial dan makan malam telah dibatasi pada dua orang, sementara bekerja dari rumah telah menjadi pengaturan default, di antara langkah-langkah lainnya.
Untuk diketahui, total hingga saat ini Singapura telah melaporkan hampir 155.000 kasus virus corona dengan 246 kematian pada Selasa.